Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Produktivitas SDM RI Rendah

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia menyongsong Revolusi Industri 4.0.

Hal itu disampaikan Bambang dalam Seminar dan Dialog Nasional Penyiapan SDM RI Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (14/1).

Namun demikian, dia mengingatkan bahwa produktivitas SDM dalam konteks ketenagakerjaan. "Produktivitas kita relatif rendah dibanding negara tetangga. Produktivitas terlihat ketika bicara penyerapan angkatan kerja. Dihitung dari nilai tambah, kita jauh di bawah Malaysia, Thailand, Filipina," kata Bambang.

Menurut dia, terdapat dua masalah utama yang membuat produktivitas SDM Indonesia tertinggal. Pertama, para pekerja di Indonesia tidak memiliki wadah untuk meningkatkan kemampuan. Berdasarkan data, 60 persen pekerja Indonesia bekerja di sektor informal yang produktivitasnya kurang, sementara 40 persen lainnya baru di sektor formal.

Penyebab kedua, lebih dari 55 persen orang yang lulus pendidikan formal tidak memiliki kompetensi khusus. Indonesia hanya fokus dari sisi akademis, tapi kurang penekanan dari sisi softskill. "Vietnam hanya 14 persen yang lulus pendidikan formal tapi tidak bisa meningkatkan kompetensi. Kita baru berhasil di pendidikan formal, tapi meningkatkan kualitas kita masih ketinggalan," ujar Bambang.

Dihubungi terpisah, peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Sukamdi, mengatakan rendahnya produktivitas SDM terkait dengan kebijakan ekonomi yang menciptakan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa yang sangat mencolok. Dan juga kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Meski indeks gini telah menurun namun angkanya masih jauh dari ideal. "Kesenjangan mengakibatkan persoalan akses yang timpang, akses fisik atau geografis, akses ekonomi, dan akses sosial, ketiga-tiganya ini bisa diterobos oleh kebijakan ekonomi yang tepat, tidak hanya oleh anggaran pendidikan," papar Sukamdi.

Akses geografis penduduk Papua terhadap pendidikan sangat minim jika dibandingkan dengan penduduk Jawa. Padahal, kekayaan yang disumbangkan Papua kepada Indonesia melalui tambang sangat besar. Begitu juga dengan Kalimantan, produksi batu bara dan sawit menyumbang angka ekspor yang besar, namun kualitas ekonomi dan pendidikan di sana sangat timpang jika dibandingkan dengan Jakarta yang menyedot sebagian besar kekayaan mereka. Ant/YK/AR-2

Baca Juga :
Pesanan Meningkat
Penulis : Antara, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top