Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanfaatan Lahan

Produktivitas dari "Food Estate" di Lahan Stabil Lebih Tinggi

Foto : BMPI SETPRES

KUNJUNGI LOKASI “FOOD ESTATE” I Presiden Joko Widodo meninjau lokasi pengembang food estate atau lumbung pangan baru di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tingkat produktivitas dari food estate di lahan yang stabil atau sudah digarap dalam jangka waktu lama terbukti lebih tinggi ketimbang yang di lahan bukaan baru. Lebih tingginya produktivitas pada lahan stabil karena sudah mendapat pendampingan secara reguler.

Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (1/8) mengatakan kesimpulan itu berdasarkan hasil kunjungan ke beberapa spot (titik) di Kalimantan Tengah yang dibina langsung oleh Kementerian Pertanian dan hasilnya memang bagus. "Untuk lahan yang sudah jadi, di sana hasilnya sudah stabil," kata Bustanul.

Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) itu mencontohkan lokasi food estate di Pandih Batu dan Belanti Siam, Kalimantan Tengah menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Kedua wilayah tersebut, katanya juga mendapat pendampingan secara reguler oleh Dinas Pertanian mulai dari pemberian advokasi, penyuluhan, bahkan menyalurkan bantuan benih dan bibit padi serta hortikultura lain, dan hewan-hewan ternak.

"Di situ bagus. Hasilnya ya memang tidak setinggi di Jawa, tapi produksinya 4 ton hingga 5 ton padi per hektare. Kalau di Jawa kan produksi padi 6 ton per hektare. Baru saya kepikiran, jangan-jangan untuk hal seperti itu pendampingan menjadi hampir mutlak," kata Bustanul.

Menurut dia, rata-rata produktivitas beras di Indonesia mulai membaik yang ditandai oleh peningkatan produktivitas dari 5,13 ton per hektare pada 2020 menjadi 5,23 ton per hektare pada 2021. "Produktivitas beras pada 2021 mulai pulih. Tahun 2022 ekonomi beras lebih kompleks karena ancaman krisis. Inovasi baru dan perubahan teknologi menjadi amat krusial untuk menjawab tantangan baru ke depan," katanya.

Pemberdayaan Petani

Menurut Bustanul, perlu strategi antisipasi dan aneka kebijakan ketahanan pangan ke depan. Dalam jangka menengah, katanya dibutuhkan pendampingan dan pemberdayaan petani pada pertanian presisi, digitalisasi rantai nilai pangan, serta kerja sama Quadruple Helix ABGC (academic, bussiness, government, community).

Quadruple Helix merupakan model inovasi yang menekankan pada kerja sama antara empat unsur, yaitu pemerintah daerah/otoritas publik, industri, universitas/sistem pendidikan, dan komunitas masyarakat/ pengguna.

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Edi Santosa sebelumnya seperti dikutip Antara mengaku optimistis program food estate mampu mendukung Indonesia menjadi lumbung pangan dunia seperti yang dicita-citakan Pemerintah.

Upaya mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia atau world food storage pada 2045 katanya sangat memungkinkan.

"Indonesia sangat mungkin sebagai lumbung pangan dunia, syaratnya harus betul-betul serius," kata Edi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top