Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komoditas Ekspor

Produksi Karet Nasional Diprediksi Turun 15 Persen

Foto : ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Darmin Nasution Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Produksi karet nasional tahun ini diperkirakan turun sekitar 15 persen. Penurunan produksi itu disebabkan oleh serangan wabah penyakit gugur daun pada tanaman karet. Wabah yang disebabkan oleh cendawan Pestalotiopsis sp itu telah menyerang seluas 381,9 ribu hektar di sentra karet antara lain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Angka tersebut meliputi serangan ringan seluas 149,6 ribu hektar dan serangan berat seluas 232,4 ribu hektar. Serangan penyakit ini diperkirakan akan terus bertambah. "Pemerintah akan terus memantau dan memperbarui data serta informasi mengenai perkembangan serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp. berikut penanganannya," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dalam Rapat Koordinasi tentang Karet, di Jakarta, Rabu (24/7).

Menurut Darmin, akibat dari serangan penyakit tersebut, tanaman karet mengalami gugur daun berulang dalam periode yang panjang bahkan di luar periode gugur daun alami yang secara langsung menurunkan produksi.

"Penyakit ini diperkirakan berdampak pada penurunan produksi karet Indonesia secara nasional pada tahun 2019 minimal 15 persen," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono dalam laporannya saat rapat.

Serangan Meningkat

Eskalasi dan intensitas serangan penyakit gugur daun ini sejak 2017 hingga 2019 mengalami peningkatan yang signifikan. Pertama kali penyakit ini ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan kemudian menyebar ke Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Penyakit tersebut diperkirakan terjadi juga di provinsi sentra karet lainnya seperti Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Lampung. Berdasarkan laporan dari Lembaga Getah Malaysia (Malaysia Rubber Board) serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp. juga terjadi di Malaysia, terutama di daerah semenanjung Melaka.

"Munculnya penyakit ini dan juga penyakit lain terutama disebabkan menurunnya ketahanan tanaman akibat ketidakmampuan petani/ pekebun untuk merawat kebun sesuai standar. Hal ini utamanya dikarenakan turunnya harga karet pada level rendah dalam rentang waktu yang lama," lanjut Kasdi.

Upaya pemerintah dalam membantu petani untuk mengendalikan penyakit tersebut meliputi pengendalian dengan menggunakan fungisida berbahan aktif heksakonazol atau propikonazol dan memberikan bantuan pupuk untuk meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap serangan penyakit tersebut.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud pun menjelaskan Indonesia memiliki perkebunan karet dengan luas 3,66 juta ha pada 2017. Luasan tersebut memberikan kontribusi produksi sebesar 3,68 juta ton dan produktivitas 1,19 ton/ha.

bud/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top