Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Produk UMKM DIY Kualitasnya Terbaik di Australia, tapi Kalah Murah dari Thailand-Vietnam

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan membuka warehouse yang berbasis di Melbourne Australia sebagai fasilitas basis pemasaran produk UMKM dari DIY. Hal itu karena KADIN melihat besarnya potensi ekspor yang dimiliki oleh produk-produk UMKM di DIY.

Wakil Ketua Umum Bidang UMKM KADIN DIY, Hermawan Ardiyanto, mengatakan kualitas produk UMKM DIY baik itu produk furnitur, kerajinan, fesyen, hingga olahan makanan sebenarnya tidak kalah dengan produk dari negara lain.

"Untuk kualitas kita masih lebih baik, produk kita kan kualitasnya premium semua," kata Hermawan Ardiyanto usai diskusi bisnis bertema MemanfaatkanPasar Ekspor ke Australia Bagi UMKM DIY dalam rangka Pra Rapimda KADIN DIY di Yogyakarta, pekan ini.

Namun, selama ini pengenalan produk UMKM DIY kepada pasar menurut dia masih belum optimal. Selain itu, harga produk UMKM dari Indonesia termasuk dari DIY menurut Hermawan juga masih jauh lebih mahal ketimbang produk dari luar negeri terutama Thailand dan Vietnam. Padahal, sebagian besar produk UMKM DIY yang dipasarkan di Australia menurut dia sudah bebas pajak.

"Sebagian besar produk DIY yang dipasarkan di Australia itu free tax, baik itu mebel, handicraft, dan makanan kering," kata dia.

Tingginya harga produk dari Indonesia ini menurut Hermawan disebabkan karena pengusaha di Indonesia masih mengirim produknya ke Australia dalam bentuk ritel. Sedangkan negara lain seperti Thailand dan Vietnam sudah mengirimkannya dalam bentuk kontainer, sehingga ongkos kirimnya bisa lebih murah.

Karena itu, KADIN menurut dia juga mendorong supaya program gratis ongkir dari pemerintah diberlakukan bukan untuk pengiriman ritel, tapi dikonsolidasi supaya pengirimannya dalam bentuk kontainer sehingga lebih murah. Sebab jika pengirimannya hanya per 100 atau 200 kilogram tentu harganya tidak mungkin bisa bersaing dengan produk yang pengirimannya per kontainer yang sekali kirim bisa sampai berton-ton.

"Terutama untuk produk makanan kering kita kalah, juga yang fresh bean kayak kopi. Kopi kita enak tapi dianggap terlalu mahal. Contoh kopi dari Brazil di sana harganya hanya 5 dollar per kilogram, kopi kita sudah 9 dolar per kilogram. Masa sih lebih mahal? Kita kan lebih dekat jarak kirimnya," kata dia.

Selain itu, masalah jalur pengiriman menurut dia juga masih menjadi masalah. Sebab, saat ini pengiriman dari Indonesia ke Australia masih harus melalui Singapura. Hal itu membuat jarak tempuh pengiriman semakin jauh dan tidak ada bedanya dengan Thailand dan Vietnam yang sebenarnya lebih jauh dari Australia ketimbang Indonesia.

Hermawan mengatakan bahwa ke depan Australia menjadi negara yang sangat penting dalam perdagangan luar negeri Indonesia di samping Amerika dan Eropa. Sebab, Australia sangat memahami kultur Indonesia.

Dengan adanya trading warehouse di Melbourne tersebut, maka diharapkan akan lebih memudahkan dalam menyusun strategi untuk wholesale maupun direct sales.

"Intinya kita ingin produk UMKM DIY masuk langsung ke pasar Australia khusus di Melbourne dan Sidney melalui trading warehouse itu. Kita targetkan dalam dua bulan ke depan bisa operasional. Kalau kualitas produk UMKM DIY tidak perlu diragukan lagi sudah produk premium yang masih perlu ditingkatkan jaringan marketing pejualan langsungnya dari DIY ke Melbourne langsung didistribusikan ke jaringan end user sehingga memangkas jalur distribusi yang panjang," kata Hermawan.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top