Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perdagangan "Online" - Banyak Pasar Fisik Sepi Terdampak "Social Commerce"

Produk Impor Banjiri "Social Commerce"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Setelah e-commerce, kini social commerce dibanjiri barang impor sehingga mengancam kelangsungan produk UMKM lokal.

JAKARTA - Pemerintah harus mengawasi perdagangan di pasar digital, mengingat, social commerce seperti aplikasi TikTok dibanjiri produk impor. Kondisi ini membuat produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal kalah bersaing di pasar digital.

Social commerce merupakan proses jual beli barang dan layanan secara langsung melalui media sosial. Berbeda dengan e-commerce yang menggunakan website atau aplikasi khusus berfungsi untuk transaksi jual beli.

Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberikan perhatian terhadap perdagangan digital. Sebab, menurutnya, saat ini pasar fisik sudah berangsur sepi sehingga membuat omzet pedagang turun.

"Kalau kita lihat hari ini, (misalnya) Tanah Abang, ITC, Roxy, dan lain sebagainya sepi, Pak. Kemarin, kami ke Tanah Abang 'mengkroscek' yang ada di berita, ternyata betul, Pak. Pendapatan mereka yang biasanya setiap hari omzet 40 juta rupiah, sekarang hanya tinggal 9 juta rupiah sehari, tragis sekali. Bahkan, mereka khawatir dalam beberapa tahun ke depan mau tutup," ujarnya dikutip dari laman resmi DPR RI, Selasa (5/9).

Dalam Rapat Kerja Komisi VI bersama Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, di Senayan, Jakarta, Senin (4/9), Mufti mencermati salah satu faktor sepinya pasar fisik adalah adanya e-commerce dan social commerce, seperti aplikasi TikTok.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top