Prevalensi Stunting di Surabaya Terendah se-Indonesia
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina (kiri) saat memberikan keterangan pers di kantor Diskominfo Surabaya, Kamis (26/1).
Nanik mengatakan, menurunnya prevalensi angka stunting itu, tidak lepas dari kerja keras di antara Perangkat Daerah (PD) di lingkup Pemkot Surabaya. "Bukan hanya kerja keras PD, kecamatan dan kelurahan saja, tetapi juga melibatkan semua unsur mulai akademisi, perguruan tinggi hingga para Kader Surabaya Hebat (KSH) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)," kata Nanik.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya Tomi Ardiyanto menyampaikan, capaian ini tentu tidak membuat jajaran Pemkot Surabaya puas begitu saja.
Tahun 2023, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Bukan hanya menargetkan Surabaya zero (nol kasus) stunting, akan tetapi pemkot juga berusaha keras terjadinya zero new (nol kasus baru) stunting.
"Kami melakukan penanganan stunting itu dari hulu hingga ke hilir. Melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Surabaya, kami membentuk beberapa kelompok. Seperti salah satunya adalah Tim Pendamping Keluarga (TPK), mendampingi pasangan calon pengantin hingga ke proses memiliki momongan," kata Tomi.
Hal sama juga dikatakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Surabaya Febrina Kusumawati. Dia menyatakan, pemkot sebelumnya menargetkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), kasus stunting di Surabaya turun di angka 7 persen.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya