Presiden Xi Jinping Bertemu Pemimpin Prancis dan Jerman untuk Bahas Penyelesaian Konflik Ukraina
Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada sela-sela KTT G20 di Rio de Janeiro, Selasa (19/11).
Foto: ANTARA/HO-XinhuaBeijing - Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada sela-sela KTT G20 di Rio de Janeiro, Selasa (19/11) dengan salah satu pembahasan adalah penyelesaian konflik Ukraina.
"Presiden Xi Jinping menekankan bahwa sikap China terhadap krisis Ukraina adalah konsisten. Ia berharap situasi konflik akan mereda dan tidak ingin krisis tersebut meluas dan terus mengupayakan gencatan senjata dan berakhirnya perang," demikian disebutkan dalam laman Kementerian Luar Negeri China yang diakses ANTARA dari Beijing pada Rabu.
Meski tidak disebutkan rincian pembahasan mengenai Ukraina, namun dalam laman tersebut disampaikan bahwa pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron maupun Kanselir Jerman Olaf Scholz yang dilakukan secara terpisah tapi masih dalam hari yang sama membicarakan isu-isu hangat seperti Ukraina dan situasi di Timur Tengah.
Dalam pertemuan dengan Presiden Macron, Xi mengatakan bahwa hubungan China dan Prancis punya nilai strategis yang unik dan signifikan secara global.
"Situasi internasional saat ini sedang mengalami banyak perubahan. Sudah menjadi tanggung jawab China dan Prancis sebagai negara besar untuk memimpin komunitas internasional dalam bersatu menjawab tantangan global," ungkap Xi dalam rilis tersebut.
Kedua pemimpin sepakat untuk memperdalam komunikasi strategis, memperkuat dukungan timbal balik, menjaga momentum hubungan China-Prancis yang baik dan positif, dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap hubungan China-Uni Eropa serta perdamaian dan stabilitas dunia.
"Kedua pemimpin akan memanfaatkan mekanisme seperti dialog ekonomi dan keuangan tingkat tinggi serta komite bersama perdagangan dan kerja sama ekonomi untuk memanfaatkan potensi kerja sama, memperkuat keunggulan yang saling melengkapi, menyelesaikan perbedaan dan mencapai hasil yang saling menguntungkan," demikain disebutkan.
Sedangkan Presiden Macron mengatakan Prancis bersedia terlibat dalam dialog dan kerja sama dengan China dalam semangat saling menghormati, menangani sengketa ekonomi dan perdagangan dengan baik, menjaga perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral yang sehat dan stabil, serta memperkuat kerja sama di bidang perubahan iklim tata kelola AI global, dan bidang lainnya.
Kemudian dalam pertemuan dengan Kanselir Olaf Scholz, Xi mengatakan dalam enam bulan terakhir kedua negara telah mencapai hasil penting dalam kerja sama di berbagai bidang seperti pembangunan ramah lingkungan, transportasi berkelanjutan, dan kerja sama pertanian dengan Afrika.
"Sebagai negara perekonomian terbesar kedua dan ketiga di dunia maupun sebagai negara besar yang punya pengaruh penting, China dan Jerman harus terus mengkonsolidasikan kemitraan strategis menyeluruh China-Jerman dari perspektif jangka panjang dan strategis," ungkap Xi.
China, kata Xi, mempertahankan kebijakan dengan tingkat stabilitas dan keberlanjutan tinggi terhadap Jerman dan ingin mencari titik temu sambil mengesampingkan perbedaan, maupun belajar dari satu sama lain.
"China dan Jerman memiliki kepentingan ekonomi yang sangat terintegrasi, dan kerja sama bilateral merupakan peluang untuk pembangunan bersama dan masa depan bersama. Jerman merupakan mitra penting dalam memajukan modernisasi China dan China akan terus menyediakan peluang pasar yang luas bagi perusahaan-perusahaan Jerman," jelas Xi.
Xi juga menyebut China menganggap Eropa sebagai kutub penting di dunia multi polar dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan Eropa untuk mengatasi tantangan dan mendorong perkembangan hubungan China-UE yang berkelanjutan, stabil dan sehat.
Sedangkan Scholz mengatakan di tengah situasi internasional yang kompleks, Jerman dan China perlu untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama.
"Uni Eropa dan China diharapkan akan menyelesaikan masalah kendaraan listrik sesegera mungkin melalui dialog dan negosiasi, Jerman pun bersedia melakukan upaya positif dalam hal ini," kata Scholz.
Berita Trending
- 1 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 2 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 3 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
- 4 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu