Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanaman Modal

Presiden: RI Akan Menjadi Produsen Utama Barang Berbasis Nikel

Foto : ISTIMEWA

JOKO WIDODO Presiden RI - Saya minta seluruh jajaran pemerintah pusat dan daerah untuk terus memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini (Industri Baterai Listrik Terintregasi) agar segera terealisasi.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan Implementasi Tahap Kedua Industri Baterai Listrik Terintregasi, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (8/6), optimistis Indonesia akan menjadi negara produsen utama barang berbasis nikel di pasar global. Sebab itu, perlu membangun industri dari hulu ke hilir sehingga memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional.

"Sekali lagi, Indonesia akan menjadi produsen utama produk-produk barang yang berbasis nikel, seperti lithium battery, baterai listrik, baterai kendaraan listrik," kata Presiden Jokowi seperti dikutip dari Antara.

Cita-cita itu pula, kata Presiden, yang membuat pemerintah menghentikan ekspor bahan mentah sumber daya alam secara bertahap. Sejak awal 2020, Indonesia sudah menyetop ekspor bahan mentah bijih nikel.

Ke depan, kata Presiden, Indonesia akan menyetop ekspor bahan mentah bauksit agar industri dalam negeri dapat mengolah bauksit menjadi aluminium sehingga tidak perlu lagi impor.

Penghentian ekspor bahan mentah sekaligus hilirisasi industri dari bahan mentah sumber daya alam, kata Jokowi, menjadi kesempatan emas untuk membangun ekonomi hijau di Indonesia.

"Saya minta seluruh jajaran pemerintah pusat dan daerah untuk terus memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini (Industri Baterai Listrik Terintregasi) agar segera terealisasi," kata Presiden.

Dalam kesempatan itu, Kepala Negara meresmikan tahapan pembangunan industri baterai listrik terintegrasi dengan masuknya investasi senilai 142 triliun rupiah.

"Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Konsorsium asal Korea yang bekerja sama dengan BUMN Indonesia, perusahaan-perusahaan Indonesia atas kerja kerasnya sehingga hari ini bisa kita mulai pembangunannya," kata Presiden.

Investasi untuk industri baterai listrik terintregasi di Batang, Jawa Tengah, dapat menyerap 20 ribu tenaga kerja. Presiden mengapresiasi investasi dari Konsorsium asal Korea tersebut karena memfasilitasi kegiatan industri dari hulu hingga hilir, dari pengolahan bijih nikel, pabrik prekursor, katoda, baterai listrik, hingga industri daur ulang baterai.

"Investasi ini merupakan investasi pertama di dunia yg mengintegrasikan produksi kendaraan listrik dari hulu sampai ke hilir. Dimulai dari penambangan nikel, smelter, pabrik prekursor, pabrik katoda, kemudian baterai listrik, battery pack, hingga mobil listrik, masih ditambah lagi dengan industri daur ulang baterai," kata Presiden.

Hilirisasi Tambang

Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmi Radhi, yang diminta pendapatnya mengatakan penghentian ekspor bauksit, nikel, dan timah adalah keberanian yang harus didukung semua stakeholders industri tambang Tanah Air. Sudah terlalu lama Indonesia menyerahkan kekayaan alam Indonesia pada asing. Ekspor hanya bahan mentah yang menyebabkan biaya kerusakan alam sementara nilai tambah rendah.

"Sejak merdeka cuma keruk, jual. Ini berani, yang tidak mudah eksekusi hilirisasinya. Kalau tidak jalan, ya nanti balik lagi," kata Fahmi.

Untuk menyukseskan hilirisasi itu, Presiden perlu mendorong keterlibatan penuh industriawan Tanah Air. Sebab itu, diperlukan kebijakan fiskal yang mendukung, begitu juga dukungan pembiayaan perbankan dan para pemain industri dalam negeri.

"Langkah setop ekspor ini pasti dilawan di WTO. Nah, keberanian Presiden harus betul-betul bermanfaat untuk menumbuhkan industriawan hilirisasi tambang," kata Fahmi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top