Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea I Wapres AS Peringatkan Korut Agar Tak Permainkan Trump

Presiden Moon ke Gedung Putih

Foto : AFP/Kimimasa MAYAMA
A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Korsel, Moon Jae-in, pada Selasa (22/5) melakukan kunjungan ke AS dan bertemu dengan Presiden Donald Trump. Dalam kunjungan ini, Moon dan Trump akan membahas nasib KTT AS-Korut.

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Selasa (22/5) waktu setempat, akan menerima kunjungan Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in, di Gedung Putih, Washington DC. Kedua pemimpin negara itu akan merundingkan nasib perundingan tingkat tinggi antara Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, dimana Presiden Moon berupaya menyelamatkan pertemuan itu yang terancam berantakan.

"Presiden Moon akan memberikan apa yang bakal terjadi pada Presiden Trump dan apa yang tak akan dilakukan oleh Kim Jong-un," demikian pernyataan kantor Kepresiden Korsel, Blue House, seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Trump sebelumnya telah menyetujui pertemuan dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un, di Singapura pada 12 Juni. Sayangnya pertemuan tingkat tinggi AS-Korut terancam setelah dua belah pihak menyatakan siap menarik diri.

Korsel yang khawatir akan terus meningkatnya perseteruan antara AS-Korut, merasa yakin bahwa kedua negara itu bisa duduk bersama dan melakukan perundingan. Pada Maret lalu, Presiden Moon mengirim penasihat keamanan nasionalnya ke Gedung Putih, untuk memfasilitasi perundingan dengan Korut setelah Pyongyang menyatakan mau meninggalkan persenjataan nuklirnya.

Trump secara tak terduga menyambut tawaran itu setelah melihat peluang damai dan menghindari konfrontasi militer. Sejak saat itu pertemuan antar-Korea semakin intens dilakukan dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, telah melakukan dua kali perjalanan ke Pyongyang, untuk membahas KTT AS-Korut serta untuk misi pembebasan warga AS yang ditahan di Korut.

Sayangnya menghangatnya hubungan AS-Korut tak berlangsung lama. Washington DC menuntut Korut melakukan perlucutan nuklir secara unilateral, sementara Pyongyang mengecam latihan militer gabungan AS-Korsel. Ketegangan itu membuat nasib KTT AS-Korut kembali di ujung tanduk.

"Presiden Trump tak akan ragu untuk meninggalkan pertemuan dengan Kim Jong-un jika tak menghasilkan apa-apa," tegas Wakil Presiden AS, Mike Pence, saat diwawancarai pada Senin (21/5) malam. "Di masa lalu, pemerintahan kami dipermainkan Korut saat upaya denuklirisasi. Namun kali ini kami tak akan melakukan kesalahan yang sama. Adalah sebuah kesalahan yang fatal bagi Kim Jong-un bahwa ia bisa mempermainkan Donald Trump," imbuh Wapres AS itu.

Para analis juga memprediksikan hal yang sama. Lambatnya respons Korut disebut-sebut merupakan bukti bahwa Pyongyang tak serius. Menurut mereka langkah yang diambil Korut ini untuk mengharapkan perlunakan sanksi dan tekanan, atau ingin agar Korsel terlalu berharap dengan peluang terjadinya kesepakatan perdamaian.

"Situasi yang terjadi saat ini mencerminkan terjadinya jurang harapan yang amat berbahaya antara AS-Korut," kata Eric Gomez dari CATO Institute. "Denuklirisasi masih mungkin dilakukan Korut, namun di sisi lain AS akan menghentikan kebijakan permusuhan sebagai syarat denuklirisasi," imbuh dia.

Undang Media Asing

Pada saat bersamaan diwartakan sejumlah media asing telah berangkat ke Korut untuk menyaksikan penghancuran lokasi uji coba nuklir seperti yang pernah dijanjikan Pyongyang, jelang terlaksananya KTT AS-Korut.

Adapun media yang pergi ke Korut berasal dari Tiongkok, AS, dan Russia. "Mereka pergi ke Pyongyang dengan menggunakan pesawat carter dari Beijing," demikian lapor media dari Tiongkok, CGTN.

Awak media ini akan menyaksikan penghancuran lokasi uji coba nuklir Punggye-ri yang rencananya akan dilakukan pada Rabu (23/5) hingga Jumat (25/5).

Menurut Yang Moo-jin dari University of North Korean Studies, langkah Pyongyang menghancurkan Punggye-ri akan dijadikan andalan diplomasi Korut saat terjadi pertemuan tingkat tinggi di Singapura. "Langkah ini ingin menunjukkan ketulusan komitmen Korut untuk meredakan ketegangan dalam negosiasi," pungkas Yang.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top