Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pemerintah

Presiden Italia Tolak Pengunduran Diri PM Draghi

Foto : AFP/PIERRE TEYSSOT

Mario Draghi PM Italia

A   A   A   Pengaturan Font

ROMA - Presiden Italia, Sergio Mattarella, pada Kamis (14/7) malam, mengumumkan bahwa ia tidak akan menerima pengunduran diri Perdana Menteri Mario Draghi, yang hanya beberapa menit sebelumnya menyatakan mundur di tengah krisis politik.

"Presiden tidak mau menerima pengunduran diri (Draghi) dan mengundang perdana menteri untuk hadir di hadapan parlemen untuk membuat pernyataan," demikian bunyi sebuah pernyataan dari kantor Presiden Mattarella

Sebenarnya Draghi selamat dari mosi tidak percaya di Senat Italia, pada Kamis, tetapi masa depan pemerintahannya dipertanyakan karena boikot suara oleh sekutu koalisinya yang populis yakni 5-Star Movement (5SM).

"Saya ingin memberitahu Anda bahwa malam ini saya akan mengajukan pengunduran diri saya kepada presiden," kata Draghi kepada anggota kabinet pada pertemuan khusus setelah pemungutan suara parlemen.

Mantan kepala Bank Sentral Eropa (ECB) itu menjadi perdana menteri keenam Italia dalam 10 tahun ketika ia mengambil alih kekuasaan dari Giuseppe Conte, yang merupakan pemimpin 5SM, pada Februari 2021 lalu.

Anggota parlemen dari kubu 5SM menolak untuk mengikuti pemungutan suara di parlemen pada Kamis karena menentang tagihan senilai 26 miliar euro untuk subsidi dari harga energi yang naik. Dana bantuan ini juga turut memicu munculnya mosi tidak percaya.

Dalam pemungutan suara, Draghi memenangkan 172-39 dukungan, tetapi boikot 5SM merupakan ancaman nyata bagi pemerintahannya. Draghi telah dengan jelas menyatakan bahwa 5SM adalah mitra koalisi dalam pemerintahannya dan bahwa dia tidak berniat memerintah tanpa mereka.

Cegah Krisis

Dengan menolak pengunduran diri Draghi, Presiden Mattarella berharap bisa mencegah, setidaknya untuk sementara, krisis politik total saat Italia berjuang dengan masalah utang yang parah, kekeringan parah dan kenaikan harga energi sebagai akibat dari invasi Russia ke Ukraina.

Dukungan Draghi untuk Kyiv telah menjadi kekuatan pendorong dalam memecah 5SM, dengan beberapa anggota partai populis itu tetap menentang mempersenjatai Ukraina.

Sikap menentang dukungan pada Ukraina telah mendorong Menteri Luar Negeri Luigi di Maio, untuk memimpin eksodus dari 5SM, partai yang pernah dipimpinnya.

"Sekaranglah waktunya untuk mendukung nilai-nilai Eropa dan Atlantik (NATO)," kata di Maio seraya menuduh pemimpin partai 5SM, Conte, telah melemahkan Italia dari kedudukan internasional dengan menentang senjata untuk Ukraina.

Saat ini Draghi dianggap masih memiliki posisi yang kuat sebagai perdana menteri meskipun kehilangan dukungan dari 5SM. Ia masih akan memiliki mayoritas suara di parlemen jika dia mampu mempertahankan sisa koalisinya.

Italia sendiri dijadwalkan akan menggelar pemilu pada awal 2023, tetapi pemungutan suara di parlemen saat pengunduran diri Draghi dan penolakan Mattarella untuk menerima pengunduran dirinya dapat mengubah itu.

Jika Draghi gagal membentuk koalisi, Mattarella dapat membubarkan parlemen dan menyerukan pemilihan pada awal September mendatang. AFP/DW/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top