Jum'at, 13 Des 2024, 02:05 WIB

Presiden: Dalam Politik Tak Boleh Sampai Membenci Lawan

Prabowo Subianto Presiden RI - Bangsa Indonesia terlalu lugu, kita sering dibohongi. Kita harus ngoreksi diri. Bukalah semua ajaran, bukalah buku-buku pelajaran. Bukalah pelajaran nenek moyang kita sendiri.

Foto: antara

JAKARTA - Presiden RI Prabowo Subianto menyebut dalam dunia politik tidak boleh sampai membenci lawan seperti menghardik maupun mencaci maki. “Saya tidak pernah mau terpancing untuk membenci. Di bidang politik, kita tidak boleh membenci lawan, mencaci maki, maupun menghardik. Kembali kepada kepribadian kita, kepribadian asli bangsa Indonesia dari seluruh suku,” kata Prabowo dalam sambutan pada Puncak HUT Ke-60 Partai Golkar di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/12).

 Prabowo menekankan bahwa bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang seperti bermusyawarah dan berunding dalam menyelesaikan perbedaan. Presiden menegaskan pentingnya mengedepankan nilai- nilai seperti prinsip mikul dhuwur mendem jero, yakni mengangkat halhal kebaikan dan memendam hal-hal yang negatif. “Tidak mungkin hubungan antara manusia, antara kelompok tidak mungkin tidak ada selisih, tidak mungkin tidak ada salah ucap, tidak mungkin tidak ada salah tindak, tidak mungkin tidak ada salah sangka, tidak mungkin,” ucap Prabowo.

Di kancah internasional, Presiden menyoroti ketegangan geopolitik yang tengah terjadi di antara negara-negara besar. Dalam situasi ini, Presiden bersyukur Indonesia menjadi negara nonblok dan menganut politik luar negeri bebas aktif. Namun, diingatkan pula bahwa kewaspadaan tetap diperlukan agar bangsa Indonesia tidak mudah dipecah belah atau diadu domba. “Kita tidak boleh terpancing, dan ini tanggung jawab kita semua sebagai pemimpin. Pemimpin harus memberi contoh.

 Kita bersyukur bahwa kita sekarang berada dalam kondisi saat ini,” kata Prabowo. Kepala Negara menegaskan bahwa perdamaian bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, melainkan hasil dari proses yang sulit. “Tidak semua negara dan tidak semua kekuatan di dunia beriktikad baik. Untuk itu, kita harus waspada dan kuncinya adalah kalau semua unsur pemimpin dari semua lapisan bisa rukun, bersatu tidak berarti kita tidak beda pendapat, tetapi ujungnya kita tidak boleh bermusuhan,” kata Presiden.

Menghargai PDIP

Pada kesempatan itu, Prabowo juga mengatakan dirinya sangat menghargai PDI Perjuangan yang berada di luar Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk menjadi pihak pengawas atau checks and balances terhadap kinerja pemerintah. Saat memberikan sambutan pada acara peringatan HUT Ke- 60 Partai Golkar di Sentul, Jawa Barat, Kamis malam, Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra mengaku merasa nyaman dengan kehadiran Ketua DPR RI Puan Maharani, yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan.

 “Saya merasa nyaman dengan partai-partai Koalisi Indonesia Maju. Saya merasa nyaman ada Mbak Puan di sini malam hari ini. Dan saya menghargai, saya menghargai PDI Perjuangan,” kata Prabowo. Di dalam demokrasi, Prabowo memandang perlu ada partai yang berada di luar koalisi pendukung pemerintah seperti posisi PDI Perjuangan saat ini. “Walaupun saya punya gagasan persatuan nasional mau ikut-ikut Bung Karno, saya menghargai bahwa untuk demokrasi, mungkin perlu ada yang di luar koalisi sebagai checks and balances. Untuk mengawasi kita,” kata Prabowo.

Menurut Prabowo, menjadi seorang pemimpin tidak boleh lugu dan tetap waspada. “Belajarlah dari sejarah, kita terlalu lugu. Bangsa Indonesia terlalu lugu, kita sering dibohongi. Kita harus ngoreksi diri. Bukalah semua ajaran, bukalah buku-buku pelajaran. Bukalah pelajaran nenek moyang kita sendiri. Pemimpin tidak boleh lugu, pemimpin harus waspada, eling lan waspodo. Tidak boleh lugu,” kata Prabowo.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: