Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 17 Jan 2018, 01:00 WIB

Praktik Literasi Buruh Migran dan Anak Jalanan

Foto:

Judul : Suara dari Marjin: Literasi sebagai Praktik Sosial

Penulis : Sofie Dewayani dan Pratiwi Retnaningdyah

Penerbit : PT Remaja Rosdakarya

Cetakan I : Mei 2017

ISBN : 978-602-446-048-8

Tebal : 248 halaman

Pada era digital ini, segala informasi mudah diperoleh. Setiap orang bebas menyuarakan pendapat dan pemikiran. Tidak mengherankan, media digital untuk merepresentasikan diri. Setiap pengguna bisa jadi memiliki maksud sama seperti dilakukan para buruh migran Indonesia (BMI) dalam buku ini. Para BMI di Hong Kong menggunakan media daring blog untuk mengubah stereotip negatif yang kerap menempel, seperti tidak berpendidikan, bodoh, dan tidak beradab.

Buku Suara dari Marjin: Literasi sebagai Praktik Sosial mengupas praktik literasi kaum marginal-komunitas buruh migran dan anak jalanan- dengan bernas. Terdapat tujuh bab dalam buku ini yang merupakan penggabungan disertasi dan tesis. Pembahasan dibuka dengan kompleksitas literasi, perbedaan peristiwa dan praktik literasi. Kemudian, konsep penting memahami literasi sebagai praktik sosial, dan pendekatan etnografik dalam penelitian.

Sebagai alat untuk menyuarakan identitas diri dan komunitas, literasi juga berperan penting untuk mendobrak stereotip negatif (hal 80). Pada pertengahan bab, dipaparkan cara para buruh migran di Hong Kong dan anak jalanan di Bandung mempraktikkan literasi sebagai praktik sosial. Ini dilakukan di luar pekerjaan.

Boleh jadi yang sebenarnya tidak literat bukanlah mereka, melainkan pembaca. Suara dari Marjin menunjukkan sebuah tulisan dapat memperoleh respons dan sangkaan baik maupun buruk yang berlainan tanpa memandang penulisnya. Hal tersebut dialami salah satu BMI di Hong Kong bernama Rie rie yang karena tulisannya di blog, identitas dirinya diragukan oleh salah seorang pembaca.

Lebih-lebih, dia dianggap bersembunyi di balik label BMI. Menariknya, pembacanya yang lain melihat literasi digital sebagai media yang dapat membawa posisi seseorang ke tingkat lebih tinggi. Anak-anak memahami bahwa literasi berperan penting dalam interaksi sosial (hal 164).

Praktik literasi anak jalanan di Bandung dapat dilihat dari penggunaan teks kultural dalam berkarya dan interaksi pembelajaran serius, tapi menyenangkan antara Bu Sri, pengajar utama dan pendiri PAUD Bestari bersama muridnya. Sri terdorong untuk mengajarkan membaca dan menulis meskipun tidak diizinkan Kemendikbud. Dia melihat banyak SD Negeri di area Pasundan mensyaratkan sudah bisa membaca dan menulis agar diterima masuk SD.

Buku ini mencoba membuka perspektif dan anggapan berbeda tentang anak jalanan dan menyingkap alasan di balik mereka hidup dan bekerja di jalanan. Buku juga menguak, perjuangan para BMI di Hong Kong dan anak jalanan di Bandung untuk memiliki hidup lebih baik. Mereka mencoba menata ulang stereotip negatif akan status.

Sering kali keinginan dan cita-cita mereka bertabrakan dengan realitas, nasib, pekerjaan, dan situasi. Mau tidak mau mereka menjalani kehidupan yang buruk. Melalui Suara dari Marjin pembaca dapat menyaksikan betapa kompleks kehidupan kelompok BMI di Hong Kong dan komunitas anak jalanan di Bandung secara gamblang.

Diresensi Launa Rissadia, Lulusan Universitas Kristen Maranatha, Bandun

Penulis: Agus, Arip, CS Koran Jakarta, Dika, Dimas Prasetyo, Dio, Fathrun, Gembong, Hamdan Maulana, Hayyitita, HRD, Ichsan Audit, Ikn, Josephine, Kelly, Koran Jakarta, Leni, Lukman, Mahaga, Monic, Nikko Fe, Opik, Rabiatul Adawiyah, Rizky, Rohmad, Sujar, Tedy, User_test_2, Wahyu Winoto, Wawan, Zaky

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.