Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Covid-19 I GeNose Rawan Penularan

PPKM Skala Mikro Mulai Diberlakukan Selasa Depan

Foto : Sumber: Covid19.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro mulai diberlakukan Selasa (9/2). Dalam pelaksanaan PPKM skala mikro itu, dibentuk posko-posko hingga tingkat desa untuk mendampingi puskesmas menangani pasien Covid-19 yang diisolasi.

"Berdasarkan keputusan dari Presiden kita, bahwa mulai tanggal 9 Februari ini akan dilaksanakan PPKM skala mikro. Artinya harus ada posko di desa, posko yang mendampingi puskesmas, yang mendampingi tim pelacak," kata Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Alexander Kaliaga Ginting, dalam Youtube BNPB, Jumat (5/2).

Alex menjelaskan beragam nama program pembatasan mobilitas masyarakat sejatinya telah sesuai dengan prinsip mengedepankan disiplin 3M dan peningkatan upaya 3T.

Selama ini, menurutnya yang menjadi soal adalah ketika melakukan pengawasan pada orang yang sedang isolasi. Oleh karena itu, PPKM skala mikro diterapkan juga untuk membantu petugas puskesmas melakukan pengawasan pada pasien isolasi mandiri.

"Sehingga mereka yang diisolasi atau dikarantina harus 14 hari memang harus dikurung. Kalau dikurung harus dikasih makan, harus diawasi, nah ini yang menjadi masalah, makanya kita harus intervensi sampai ke daerah paling jauh ke rakyat pedesaan. Kita buat program PPKM skala mikro," ucapnya.

Ia menjelaskan PPKM skala mikro dilakukan juga untuk mengurangi beban rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di tingkat desa. Sehingga dengan PPKM skala mikro, pasien Covid-19 dapat ditangani di hulu.

"Ini menjadi tanggung jawab kita supaya bagaimana bersih-bersih di hulu. Hulu itu adalah wilayah, berbasis desa. Berbasis puskesmas," ujarnya.

Belum Teruji

Di tempat terpisah, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono, menilai GeNose, yang digunakan sebagai alat deteksi Covid-19 di stasiun, masih belum teruji secara ilmiah dan rawan penularan. Tes Covid-19 menggunakan GeNose sebagai sebagai screening orang bepergian di kereta api mulai Jumat 5 Februari 2021.

GeNose memang bisa mendeteksi senyawa volatile organic compound (VOC) yang merupakan hasil produksi infeksi Covid-19. Namun, menurutnya, belum dapat dibuktikan apakah setiap infeksi Covid-19 mengandung VOC.

"Iya dampak (penularan) tetap ada, karena semua alat screening Covid-19 belum tentu betul hasilnya. Tapi masalahnya, GeNose ini mendeteksi VOC. Nah, itu yang belum bisa terbukti secara ilmiah," kata Yunis.

Penggunaan GeNose pada pelaku perjalanan orang menurut Yunis, juga tidak bisa berlaku seperti penggunaan swab antigen atau swab test. Tes GeNose hanya bisa berlaku pada sekali perjalanan serta pada hari yang sama. Hal ini berbeda dengan swab antigen/swab test keterangan suratnya berlaku selama tiga hari.

"Kalau antigen kan paling tidak berlaku tiga hari. Kalau GeNose sekali masuk saja, hasilnya tidak bisa berlaku lama. Begitu dia mau balik lagi, harus tes lagi," kata Yunis.

Ia juga meminta penemu GeNose bisa membuktikan secara ilmiah apakah betul infeksi Covid-19 menghasilkan senyawa VOC. Bukti itulah yang menurut Yunis, ditunggu para ahli. Tanpa kepastian data ilmiah tersebut, banyak ahli tidak sepakat penggunaan GeNose untuk screening Covid-19.

Yunis juga membandingkan tes GeNose dengan tes antibodi yang akurasinya lebih rendah. Namun meski memiliki akurasi rendah, kandungan virus Covid-19 dalam tubuh lebih bisa dipastikan menggunakan tes antibodi ketimbang GeNose.

"Memang antibodi akurasinya rendah 80 persen, tapi logikanya kena, antibodi yang ditangkap itu antibodi terdeteksi virus, kalau GeNose belum membuktikan apa benar infeksinya menghasilkan VOC," tuturnya. n jon/Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Yohanes Abimanyu, Antara

Komentar

Komentar
()

Top