Selasa, 11 Feb 2025, 19:39 WIB

Populix Luncurkan NeXa, AI Research Assistant Pertama di Indonesia

Foto: Dok. Istimewa

JAKARTA - Lembaga riset Populix yang merupakan pemimpin dalam riset berbasis teknologi meluncurkan Nexa, asisten riset kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Nexa dihadirkan untuk mengoptimalkan proses riset di Indonesia, menawarkan efisiensi dan solusi inovatif bagi pelaku industri dan akademisi. Nexa dikembangkan dengan dukungan teknologi Google Gemini dan dirancang untuk membantu peneliti mengatasi berbagai tantangan dalam riset, seperti kualitas data, desain penelitian, dan analisis.

Co-Founder dan CEO Populix, Timothy Astandu, mengatakan Nexa menjadi inovasi yang dirancang untuk menjawab kebutuhan dunia riset yang semakin kompleks. Populix percaya bahwa AI dapat menjadi mitra strategis dalam mendukung proses riset yang lebih efisien dan akurat. Nexa dirancang bukan hanya untuk menghemat waktu, tetapi juga memberikan analisis yang lebih mendalam dan relevan bagi para peneliti maupun pelaku bisnis. 

"Nexa hadir untuk merevolusi dunia riset dengan memanfaatkan kecerdasan buatan guna memastikan data yang lebih akurat dan analisis yang lebih cepat. Kami ingin memberikan solusi yang mempermudah para peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data," ujar Timothy dalam acara Populix AIXplore 2025 di Jakarta, Selasa (11/2).

Timothy mengungkapkan Nexa dapat merampingkan proses penelitian, membuatnya lebih cepat, mudah, dan cerdas. Dengan platform ini, mahasiswa, dosen, dan peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih efisien, mulai dari merancang kuesioner hingga meluncurkan survei dalam waktu yang jauh lebih singkat. Jika sebelumnya proses ini memakan waktu setengah hari, kini dapat diselesaikan hanya dalam hitungan menit.

“Dengan inovasi ini, Populix berharap dapat mendorong kemajuan riset di Indonesia dan membuka peluang baru dalam dunia akademik serta industri berbasis data,” ujar Timothy.

Sedangkan Head of Data Science Populix, Steven Christian, berharap Nexa bukan hanya sekadar alat riset, tetapi sebagai mitra dalam menemukan solusi.

Menurut Steve, banyak mahasiswa yang baru pertama kali melakukan penelitian sering kali bingung dengan tahapan riset, mulai dari membuat hipotesis hingga menyusun kuesioner yang tepat. Karena itu, Nexa hadir untuk menjawab tantangan tersebut.

“Salah satu tantangan terbesar dalam riset adalah mengumpulkan data berkualitas dalam waktu yang singkat. Dengan Nexa, proses ini dapat dilakukan secara otomatis dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga peneliti bisa lebih fokus pada analisis dan pengambilan kesimpulan yang lebih mendalam. Kami berharap Nexa bisa menjadi solusi yang tidak hanya mempermudah proses penelitian, tetapi juga meningkatkan standar riset di Indonesia,” kata Steve.

Practitioner dan CEO Indonesia AI, Angga Muttaqien, menjelaskan, Indonesia sedang berada dalam tahap awal revolusi AI, di mana berbagai sektor mulai mengadopsi teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Institusi pendidikan dan startup lokal, mulai mengeksplorasi potensi AI untuk menyederhanakan proses kerja mereka, termasuk di bidang riset. Namun, memang tantangan terbesar masih ada pada kesiapan SDM dan infrastruktur yang mendukung implementasi AI secara luas.

“Jika kita bicara adopsi AI, itu bukan hanya soal industri, tetapi juga pemerintah, akademisi, dan komunitas. Keempat pilar ini harus berjalan beriringan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan AI,” tutur dia. 

Di tempat yang sama, Solution Consultant AI Google Indonesia, Dodi Priambodo, menjelaskan, pihaknya tidak hanya ingin menciptakan teknologi AI yang canggih, tetapi juga AI yang benar-benar bisa dipakai dan berdampak. Google Gemini memberikan solusi yang bisa diakses luas, dari perusahaan rintisan hingga institusi pendidikan.

“Saat ini, banyak orang melihat AI sebagai sesuatu yang rumit dan mahal. Padahal, AI bisa sangat praktis dan aplikatif. Misalnya, AI kini bisa membantu mengoptimalkan pencarian data riset, mempercepat analisis prediktif, bahkan menyusun laporan dengan akurasi tinggi. Kami ingin AI tidak hanya dimiliki oleh raksasa teknologi, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh peneliti dan mahasiswa untuk menciptakan perubahan nyata,” ungkap Dodi. 

Direktur AI Intelligent Center Indonesia, Baiq Hanna Susanti, menekankan pentingnya AI dalam dunia riset dan pendidikan. Saat ini, pemanfaatan AI di universitas tidak hanya terbatas pada mahasiswa, tetapi juga para pengajar dan tenaga administrasi. 

“AI juga memainkan peran besar dalam membantu dosen melakukan riset dengan lebih cepat dan akurat, mulai dari pencarian literatur hingga analisis data. Kami berharap adopsi AI di dunia akademik akan semakin luas, sehingga perguruan tinggi di Indonesia dapat bersaing di kancah global dalam bidang penelitian dan pendidikan,” pungkas Baiq.

Sejalan dengan pemanfaatan AI dalam riset dan pendidikan, AIxplore 2025 menjadi forum bagi pemimpin industri, akademisi, dan inovator AI untuk membahas peran AI dalam riset dan bisnis di Indonesia. Acara ini menghadirkan diskusi tentang efisiensi riset, inovasi teknologi, dan penerapan AI di berbagai sektor.

AIxplore 2025 menjadi wadah utama bagi pemimpin industri, akademisi, dan inovator AI untuk berdiskusi tentang bagaimana teknologi AI dapat mengubah lanskap riset dan bisnis di Indonesia. Acara ini bertujuan menjadi ajang diskusi tentang bagaimana AI dapat membantu meningkatkan kualitas riset, mendorong efisiensi, dan menciptakan solusi inovatif bagi berbagai sektor.

AIxplore 2025 mengundang ahli dan profesional dari berbagai latar belakang mulai dari informasi teknologi hingga pendidikan tinggi untuk membahas dampak AI terhadap riset pasar dan akademis di Indonesia.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Mohammad Zaki Alatas

Tag Terkait:

Bagikan: