Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Inggris

PM May: Brexit Ditolak, Inggris Berada dalam Ketidakpastian

Foto : ADRIAN DENNIS/AFP

DUKUNG BREXIT - Massa menggelar aksi mendukung Brexit menjelang Parlemen melakukan pemungutan suara di London, Minggu (9/12).

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Menjelang pemungutan suara soal rancangan kesepakatan Britain Exit (Brexit) dari Uni Eropa pada Selasa (11/12), Perdana Menteri (PM) Theresa May, memperingatkan Parlemen jika menolak akan menempatkan Inggris berada dalam ketidakpastian yang lama.

"Keputusan Parlemen dapat mengarah ke terjadinya pemilihan umum dan risiko tanpa Brexit menjadai sangat nyata," ujarnya seperti dikutip Daily Mail, Minggu (9/12).

Downing Street membantah tulisan surat kabar itu yang menyebut Theresa May akan menunda pemungutan suara hingga Selasa (11/12). "Pemilihan tetap berlangsung," kata seorang juru bicara.

Bulan lalu, Inggris menyetujui proposal kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa, namun hasil itu masih harus mendapat persetujuan parlemen. Partai Buruh, Demokrat Liberal, DUP, SNP, dan lusinan anggota parlemen Konservatif mengatakan tidak akan mendukung kesepakatan Brexit.

Dengan pernyataan May yang bersikeras bahwa kesepakatan itu adalah yang terbaik bagi negara, masih tidak jelas apa yang akan terjadi selanjutnya jika proposal itu ditolak.

"Ketika saya mengatakan, jika proposal ini tidak lolos, kita akan benar-benar berada di perairan yang belum dipetakan. Saya berharap orang-orang memahami ini adalah apa yang saya yakini dan takuti bisa terjadi. Tanpa kesepakatan itu, berarti akan ada ketidakpastian besar bagi negara, dengan risiko sangat nyata, Brexit tidak ada atau meninggalkan Uni Eropa," kata May.

May menuduh pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, hanya berpikir bagaimana mewujudkan pemilihan umum. "Tidak peduli dampak apa pun yang dialami negara. Saya meyakini Jeremy Corbyn dengan kekuasaan adalah risiko yang tidak bisa kami ambil," ujarnya.

Sementara itu, Menteri urusan Brexit, Kwasi Kwarteng, mengatakan dalam Sky News bahwa kesepakatan itu memungkinkan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa dengan rapi dan mulus.

"Saya mengerti mengapa orang-orang yang ingin tinggal di Uni Eropa ingin melakukannya. Saya sangat terkejut ada orang-orang di pihak kita menentang dengan menghancurkan kesepakatan yang benar-benar akan memberikan jalan yang sangat bagus dari Uni Eropa," kata Brexiteer.

Namun mantan Menteri urusan Brexit Dominic Raab, mengatakan pada The Telegraph, tawaran May itu akan menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang, dan minta pemerintah agar menegosiasikan kembali ketentuan-ketentuan Brexit.

Perundingan Ulang

Sementara itu, Esther McVey yang mengundurkan diri dari kabinet May, mengatakan jika anggota parlemen menolak, May harus segera merundingkan ulang kesepakatan itu dengan Uni Eropa.

Dia menolak pernyataan itu muncul karena ambisi pribadinya menjadi pemimpin Inggris, dan dia akan mendukung May jika kesepakatan itu dirundingkan kembali. "Tapi, saya akan mempertimbangkannya secara serius jika dia diminta," tambahnya.BBC/SB/AR-2

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top