PLTS Berkapasitas 176 MW Mulai Dibangun di Lithuania
Ilustrasi
Foto: IstimewaElektrum Lietuva, sebuah unit dari perusahaan listrik milik negara Latvia, Latvenergo AS, hari ini mengumumkan dimulainya pembangunan tiga taman tenaga surya di Lithuania dengan kapasitas gabungan 176 MW.
Dengan luas 250 hektar, fasilitas-fasilitas tersebut dibangun di pesisir pantai Kota Distrik Klaipeda. Dua dari lokasi tersebut akan memasok listrik ke jaringan distribusi ESO, sementara satu lagi akan terhubung ke jaringan operator sistem transmisi listrik Litgrid, Litgrid. Ketiga lokasi tersebut diharapkan dapat beroperasi selambat-lambatnya pada bulan September 2025.
Dilansir dari Renewables Now, Latvenergo Group mengatakan bahwa mereka adalah produsen listrik terbesar di wilayah Baltik dengan total produksi listrik sebesar 3.531 GWh. Sekitar 73% dari jumlah total tersebut berasal dari sumber daya terbarukan. Perusahaan ini mengatakan bahwa proyek-proyek tenaga surya dan angin yang saat ini sedang dikembangkan memiliki total kapasitas 504 MW.
Sebagai informasi, tenaga surya memainkan peran yang sangat penting dalam transisi energi global menuju masa depan yang berkelanjutan, sejalan dengan upaya dunia mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang paling melimpah dan dapat diakses hampir di seluruh penjuru bumi, tenaga surya memiliki potensi luar biasa untuk memenuhi kebutuhan energi global tanpa merusak lingkungan.
Panel surya atau fotovoltaik (PV) bekerja dengan mengubah sinar matahari menjadi listrik, dan karena matahari adalah sumber daya yang tak terbatas, penggunaannya menawarkan solusi yang lebih stabil dibandingkan dengan sumber energi konvensional yang terbatas, seperti batu bara dan minyak.
Dalam beberapa dekade terakhir, biaya produksi dan pemasangan panel surya terus menurun secara signifikan, membuat tenaga surya menjadi lebih terjangkau, bahkan di negara-negara berkembang. Ini mempercepat adopsi teknologi tenaga surya baik di skala rumah tangga, industri, maupun skala nasional.
Selain itu, tenaga surya juga dapat diintegrasikan dengan sistem penyimpanan energi, seperti baterai, yang memungkinkan penyimpanan energi di saat sinar matahari berlimpah untuk digunakan saat malam hari atau ketika cuaca mendung. Hal ini membantu mengatasi tantangan intermittency atau ketidakstabilan energi terbarukan dan membuat pasokan energi lebih andal.
Lebih dari itu, pengembangan infrastruktur tenaga surya juga membawa dampak positif dalam hal menciptakan lapangan kerja di bidang teknologi energi bersih, mendorong inovasi di sektor energi, dan meningkatkan ketahanan energi negara.
Penggunaan tenaga surya juga sangat relevan dalam konteks urbanisasi dan kebutuhan listrik yang meningkat di berbagai wilayah dunia. Dengan memasang panel surya di atap bangunan atau lahan yang tidak terpakai, kota-kota dapat memproduksi listrik secara lokal, mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik pusat yang sering kali berbasis bahan bakar fosil.
Dengan demikian, energi surya mendukung visi transisi energi yang lebih desentralisasi dan mandiri, di mana masyarakat dan negara dapat mengendalikan pasokan energi mereka sendiri. Dalam jangka panjang, tenaga surya berpotensi memainkan peran dominan dalam campuran energi global, membantu mencegah kenaikan suhu bumi yang lebih drastis akibat perubahan iklim, serta menyediakan solusi energi yang bersih, aman, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Redaktur:
Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung