Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

PLN Energi Primer Berdayakan UMKM untuk Pasok Biomassa

Foto : Istimewa.

Jajaran Direksi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Energi Primer Indonesia (EPI) dalam acara Press Briefing Corporate Exposure di Jakarta, Senin (28/2).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Energi Primer Indonesia (EPI) mengembangkan biomassa untuk kebutuhan PLTU. Pengelola energi primer terbesar di Asia Tenggara ini akan menggandeng masyarkat kecil dan pelaku UMKM untuk mensuplai bahan bakunya.

Pemanfaatan biomassa ini untuk mendukung penyediaan energi terbarukan sekaligus menekan emisi karbon di Indonesia.

Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara mengatakan pihaknya menargetkan dapat menyuplai biomassa sebanyak 10,2 juta ton untuk 52 PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) pada 2025. Namun, diakatakannya hingga kini pemanfaatan biomassa masih tergolong rendah di Indonesia.

Pada 2022, PLN menyuplai 0,45 juta ton biomassa untuk 35 PLTU di Indonesia. Sedangkan pada tahun ini, suplai biomassa ditargetkan mencapai 1,05 juta ton untuk 47 PLTU.

"Butuh usaha lebih keras untuk meningkatkan pasokan biomassa, karena PLN EPI juga harus rebutan dengan negara lain yang berminat dengan biomassa asal Indonesia," terang dia dalam acara media briefing, Selasa (28/2).

Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko menambahkan, tahun ini seluruh kebutuhan bahan baku biomassa seperti sekam padi, cangkang sawit, dan lain-lain diperoleh langsung dari masyarakat, tepatnya dari kelompok petani dan UMKM sektor pertanian atau perkebunan.

Sedangkan pada 2024, PLN EPI akan bekerja sama dengan Perhutani, PT Perkebunan Nusantara (PTPN), beberapa perusahaan swasta untuk mendorong peningkatan suplai bahan baku biomassa.

"Keterlibatan badan usaha lain untuk membantu kami memanfaatkan hutan-hutan industri untuk kebutuhan biomassa," kata Anton.

Dia menambahkan PLN EPI memastikan kualitas bahan baku biomassa yang diperoleh perusahaan tersebut benar-benar terjaga. Terlebih lagi, PLN EPI melarang produk biomassa yang berasal dari hasil deforestasi.

PLN EPI optimistis pengembangan biomassa untuk PLTU akan memangkas emisi karbon di Tanah Air. Pada tahun ini misalnya, dengan adanya tambahan suplai biomassa 1,05 juta ton, maka potensi reduksi emisi yang diperoleh yakni sebanyak 0,86 juta ton karbon dioksida (CO2).

Adapun kebutuhan biomassa terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2025, suplai 10,20 juta ton biomassa akan berdampak pada pengurangan emisi sebanyak 11,58 juta ton CO2.

Peningkatan kebutuhan biomassa diimbangi dengan kegiatan massif dengan melakukan penanaman tanaman energi. Dia mencontohkan di sekitar tambang terdapat lahan tidur yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dengan penanaman tanaman biomassa, masyarakat bisa merasakan dampak secara ekonomi dan sekaligus membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

"PLN akan terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060 dan sekaligus mengupayakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan melalui program co-firing biomassa ini," ujarnya.

Lebih lanjut Iwan mengungkapkan upaya lain menekan emisi karbon dengan program dedieselisasi. Program ini mengganti pembangkit listrik berbahan bakar minyak dengan pembangkit bertenaga gas. Dia mengungkapkan pembangkit BBM masih tersebar di pulau-pulau kecil maupun di Indonesia bagian timur. Pada pekan lalu pihaknya menggelar tender dedieselisasi untuk wilayah Nias. "Nanti akan ada lagi tender di beberapa kluster di Indonesia timur," ungkapnya.

Subholding PLN yang baru legal terbentuk 1 Januari 2023 itu menargetkan transaksi pengadaan bahan bakar untuk pembangkit listrik yakni gas, BBM, dan biomassa dan batubara pada tahun ini mencapai 190 triliun rupiah. PLN EPI menjamin ketersediaan dan keandalan pasokan energi ke pembangkit yang memproduksi listrik hingga 280 ribu Gigawatt Hour (GWh) per tahun tersebut.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top