Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Platform Media Sosial Gagal Lindungi Perempuan, Ini yang Harus Dilakukan

Foto : The Conversation/Freepik/Storyset

Platform media sosial tak hanya gagal melindungi pengguna perempuan, namun juga pekerjanya.

A   A   A   Pengaturan Font

Pelecehan daring kerap menyasar pengguna perempuan. Kebijakan verifikasi untuk memberantas akun palsu semata-mata untuk kepentingan ekonomi, bukan untuk melindungi pengguna.

Lilia Giugni, University of Bristol

Mulai dari labilnya kebijakan Elon Musk sebagai pemilik baru Twitter, keputusan Meta untuk memberhentikan lebih dari 11.000 pegawainya, hingga anjloknya saham-saham teknologi, industri media sosial lagi-lagi dilanda kekacauan. Namun, di saat gelombang kejutan ini menarik banyak sekali perhatian publik, tak banyak yang membicarakan dampaknya pada perempuan.

Perusahaan-perusahaan besar gagal melindungi perempuan di kedua sisi layar: para pekerja mereka dan para pengguna layanan. Ini mengapa langkah-langkah yang diambil untuk mengatur perusahaan media sosial harus mengikutsertakan perlindungan khusus bagi perempuan.

Pelecehan daring, seperti yang telah berulangkali dikonfirmasi oleh penelitian akademik dan kelompok sipil, kerap menyasar pengguna perempuan.

Salah satu kebijakan Musk setelah membeli Twitter adalah untuk memperkenalkan verifikasi demi memangkas jumlah akun palsu. Akun-akun tersebut kerap dikutip sebagai sumber utama kekerasan dalam media sosial. Namun, proses otentifikasi yang diperkenalkan Musk hanyalah sekadar meminta akun-akun "centang biru" untuk membayar tarif bulanan - dan kebijakan ini telah dicabut menyusul protes warga Twitter.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top