Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

PGRI Tegaskan Tetap Kuat dan Solid

Foto : Muhamad Ma'rup

Konferensi Pers Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terkait Mosi Tidak Percaya terhadap PGRI, di Jakarta, Minggu (18/6) kemarin.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ketua Departemen Kominfo dan Tim Media Suara Guru Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Wijaya Winarya, mengatakan, pihaknya tetap kuat dan solid. Adanya mosi tidak percaya dari beberapa pihak internal PGRI tidak berdampak pada kepercayaan daerah terhadap organisasi serta kepemimpinan Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi.

"PGRI masih tetap setia, solid, dan mendukung kepemimpinan Ketua Umum," ujar Wijaya, dalam keterangannya kepada awak Media, kemarin.

Dia mengatakan, belasan Ketua PGRI Provinsi sudah mengklarifikasi dan menyatakan bahwa nama-nama mereka sudah dicatut sebagai bagian dari yang menyatakan mosi. Daerah yang menyatakan bahwa mereka tidak menjadi bagian mosi dan tetap mendukung kepemimpinan yang sah di antaranya: Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, DKI Jakarta, Jambi, Lampung, Kepulauan Riau, Papua Selatan, Papua Barat Daya, dan Kabupaten Bau-bau Sulawesi Tenggara.

"Sedangkan DIY dan NTT itu bukan dihadiri Ketua dan merupakan pernyataan pribadi," tambahnya.

Wijaya mengungkapkan, mereka yang menyatakan mosi tidak percaya tersebut mendapat reaksi yang negatif dan tuntutan dari pengurus Kabupaten/Kota di wilayahnya. Mosi tersebut tidak melalui forum resmi organisasi yang melibatkan pengurus Kab/Kota.

Dia menambahkan, istilah mosi yang dikeluarkan tidak dikenal dalam organisasi PGRI. Pihaknya menganggap adanya mosi tidak percaya lebih terkait dengan dinamika kontestasi politik menjelang Kongres PGRI ke-XXIII.

"Ini menunjukkan tanda ketidaksabaran dari oknum-oknum yang ingin tampil bersaing dalam suksesi kepemimpinan PGRI," katanya.

Wijaya juga menyinggung pernyataan 9 oknum Pengurus Besar yang menyebut dirinya tim 9 adalah bentuk indisipliner organisasi dan tidak mematuhi mekanisme organisasi yang berlaku. Menurutnya, sebagian besar bagian dari tim 9 adalah mereka yang jarang dan hampir tidak pernah hadir dalam rapat-rapat pleno dan forum-forum kegiatan resmi organisasi.

"Mereka belum menyadari bahwa syahwat yang tidak terkendali dan meledak-ledak keluar ini juga berpotensi menjatuhkan muruah serta memecah belah organisasi," terangnya.

Dia meminta pengurus daerah tetap tenang terkait adanya situasi tersebut. Pengurus harus tetap mematuhi mekanisme organisasi yang berlaku dan segera melakukan langkah konsolidasi menyatukan langkah sikap. "Ini untuk melawan segala manuver kelompok-kelompok yang akan meruntuhkan wibawa organisasi," tandasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top