
Petenis Top Dunia Khawatirkan Aturan Sanksi Doping
Petenis peringkat lima dunia, Jessica Pegula
Foto: AFP/Martin KEEPABU DHABI - Petenis peringkat lima dunia, Jessica Pegula, menilai bahwa penanganan kasus doping yang melibatkan Jannik Sinner dan Iga Swiatek mengungkapkan bahwa prosesnya benar-benar kacau. Sementara itu, petenis nomor satu dunia, Aryna Sabalenka, mengaku kehilangan kepercayaan terhadap sistem antidoping dalam tenis dan kini merasa khawatir.
Kasus panjang Sinner mencapai akhir pada Sabtu (15/2) lalu setelah menerima larangan bertanding selama tiga bulan. Petenis nomor satu dunia itu mengakui adanya tanggung jawab atas kesalahan timnya yang menyebabkan dirinya dua kali dinyatakan positif memakai zat clostebol pada Maret tahun lalu.
Awalnya, Sinner berpotensi dihukum dua tahun setelah Badan Anti-Doping Dunia (WADA) mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) terhadap keputusan Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) yang membebaskannya dari kesalahan pada bulan Agustus. Namun, dalam langkah mengejutkan, WADA menarik bandingnya dan mencapai kesepakatan dengan Sinner untuk menerima larangan bertanding selama tiga bulan.
Dalam pernyataannya, WADA menegaskan bahwa Sinner tidak berniat curang, tetapi tetap harus menjalani hukuman karena ia bertanggung jawab atas tindakan timnya.
Di sisi lain, Swiatek menerima larangan satu bulan setelah dinyatakan positif mengkonsumsi trimetazidine (TMZ), obat jantung yang masuk dalam daftar zat terlarang.
Petenis asal Polandia berusia 23 tahun itu sebelumnya menarik diri dari tur Asia WTA pada bulan September-Oktober dengan alasan masalah pribadi.
Sebagai finalis US Open tahun lalu sekaligus anggota Dewan Pemain WTA, Pegula menilai ada banyak ketidakkonsistenan dalam cara kasus doping ditangani, yang menciptakan lingkungan tidak adil bagi para petenis.
“Saya merasa, entah Anda percaya dia bersalah atau tidak, atau di pihak manapun Anda berada, proses ini sepertinya sama sekali bukan proses yang jelas. Keputusan yang diambil seolah hanya berdasarkan faktor tertentu yang mereka pilih, dan aturan dibuat sesuka hati. Saya benar-benar tidak mengerti bagaimana sistem ini bisa dianggap adil bagi para pemain, ketika aturannya terus berubah dan tidak konsisten,” ujar Pegula di Dubai, Minggu (16/2) waktu setempat.
Pegula juga menilai bahwa email yang dikirimkan kepada para pemain mengenai kasus doping hanya berisi alasan-alasan yang dibuat-buat, seolah menjadi cara bagi otoritas antidoping untuk membenarkan keputusan yang tidak konsisten. ben/AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Polresta Pontianak siapkan 7 posko pengamanan Idul Fitri
- 2 Pemko Pekanbaru Tetap Pantau Kebutuhan Warga Terdampak Banjir
- 3 Produktivitas RI 10 Persen di Bawah Rata-Rata Negara ASEAN
- 4 RPP Keamanan Pangan Digodok, Bapanas Siap Dukung Prosesnya
- 5 BEI Catat Ada 25 Perusahaan Beraset Besar Antre IPO di Pasar Modal, Apa Saja?
Berita Terkini
-
Film Horor "Penjagal Iblis: Dosa Turunan" Saksikan di Bioskop 30 April 2025
-
5 Kiat Tetap Terhubung dan Dekat Orang Tersayang pada Idulfitri Tahun Ini
-
Bantu Anak-anak Suku Tengger, Perusahaan Teknologi Berikan Sarana Belajar Digital
-
G-Dragon konser di Indonesia pada 26 Juli 2025
-
Telkom Tingkatkan Tanggung Jawab ESG di Desa Banyuasin Melalui Sobat Aksi BUMN 2025