Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Petaka "La Furia Roja"

Foto : AFP/Kirill KUDRYAVTSEV
A   A   A   Pengaturan Font

Penggantian pelatih mendadak jelang laga pembuka dituding sebagai pemicu buruknya penampilan tim.

SAINT PETERSBURG - Langkah Spanyol yang seperti roller-coaster (naik turun) di Piala Dunia Russia 2018 akhirnya terhenti. Kegagalan pada laga babak 16 besar Minggu (1/7) menjadi kali ketiga bagi "La Furia Roja" di turnamen besar.

Spanyol disingkirkan Belanda pada Piala Dunia 2014 dan takluk dari Italia di Piala Eropa 2016. Tapi kegagalan kali ini mungkin paling menyakitkan, mengingat mereka disingkirkan Russia, penghuni peringkat 70 dunia.

Akan menjadi perdebatan untuk mengatakan Russia pantas menang, dengan hanya 26 persen kepemilikan bola dan hanya enam upaya tembakan ke arah gawang. Catatan itu jauh lebih buruk dibandingkan dengan Spanyol yang memiliki 25 tembakan ke arah gawang.

Kemenangan 4-3 melalui adu penalti, setelah kedua tim terkunci oleh skor 1-1 hingga akhir perpanjangan waktu, mengirim tuan rumah lolos untuk kali pertama ke perempat final Piala Dunia sejak 1970.

Dominasi Spanyol pada laga itu tidak akan mampu mengurangi kekecewaan setelah hasil yang dapat dinilai sebagai penampilan terburuk mereka di Piala Dunia.

Julen Lopetegui, dipecat dari kursi pelatih dua hari sebelum pertandingan pembukaan Spanyol. Presiden Federasi Sepakbola Spanyol, Luis Rubiales, yang memecatnya, akan dituding sebagai penyebab utama. Meski demikian, Fernando Hierro, pengganti Lopetegui, dan David de Gea, juga mengambil bagian dari kesalahan.

Sangat disayangkan dalam pertandingan terakhirnya, Andres Iniesta yang menyatakan pensiun tak berkesan apapun.

"Apa yang dimulai dengan buruk, berakhir dengan buruk," tulis harian Spanyol Marca. "Semua masalah dimulai dengan pemecatan Lopetegui dan kemudian dilanjutkan dengan tim yang kurang dalam bentuk dan ide."

Rubiales dengan cepat menjelaskan bahwa dia tidak merasa menyesal karena memecat Lopetegui. Pemecatan itu dilakukan karena Lopetegui menerima pekerjaan sebagai pelatih Real Madrid.

Banyak yang berpendapat bahwa mengganti pelatih dua hari sebelum pertandingan pembukaan Spanyol tidak akan menguntungkan tim.

Bersama Hierro, ada tanda-tanda positif saat melawan Portugal. Saat itu Spanyol bermain imbang 3-3 kontra Portugal. Tapi kesalahan di lini pertahanan dan kekakuan taktik segera terlihat pada performa mereka dalam laga melawan Iran, Maroko dan Russia.

Sergio Ramos dan Gerard Pique sama-sama bersalah. Pique karena handball yang memberi Russia gol penyama. Tapi De Gea akan menjadi pemain paling disalahkan. Melawan Portugal, dia membiarkan tembakan Ronaldo menyelinap melalui tangannya.

Hierro mungkin akan terhindar dari kritik pedas. Tapi dia akan disalahkan karena keputusannya meminggirkan Iniesta dan Dani Carvajal melawan Russia di Moskow dan hanya menurunkan keduanya sebagai pengganti. Hiero memainkan keduanya untuk menggantikan Diego Costa dengan Iago Aspas, yang seharusnya sudah dari awal laga.

Pengganti Hierro

Siapa pun pelatih Spanyol selanjutnya, "La Furia Roja" kini akan menghadapi pekerjaan yang sama, seperti saat Lopetegui ditugasi dua tahun lalu: untuk memulihkan kepercayaan diri pemain muda.

Dari starter melawan Russia, hanya Marco Asensio yang memiliki usia di bawah 30 tahun pada Piala Dunia berikutnya. Itu berarti tak ada pemain yang tersisa dari tiga kemenangan (Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012). Spanyol butuh generasi baru. ben/AFP/S-1

Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top