Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tasikmalaya Oktober Festival

Pesta Rakyat untuk Rayakan HUT ke-17

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

"Di usia sweet seventeen ini, kami berharap Pemkot Tasikmalaya semakin dewasa, jadi kota yang lebih kreatif, inovatif, dan mandiri, di era globalisasi, di zaman milenial, Tasikmalaya harus berdaya saing," kata Walikota Tasikmalaya, Budi Budiman. tgh/R-1

Kerajinan Tikar Mendong

Selain Payung Geulis, produk kerajinan yang juga menjadi ikon dari Kota Tasikmalaya adalah Mendong. Kerajinan dari tanaman sejenis rumput dan pandan itu paling banyak digunakan untuk membuat tikar atau alas lantai. Orang Tasik menyebutnya tikar mendong.

Sebagai salah satu tumbuhan sejenis rumput yang hidup di rawa, mendong tumbuh subur di wilayah Tasikmalaya. Bahkan bisa tumbuh di atas satu meter. Orang kreatif Tasikmalaya kemudian menyulap tanaman liar itu sebagai tikar. Bahkan saat ini bukan hanya sebagai tikar atau alas lantai, mendong pun sudah dipakai untuk berbagai jenis kerajinan, seperti tempat tisu, dompet, tempat sampah, tas, pigura, dan lain-lain. Kerajinan mendong ini paling banyak dihasilkan warga di Kecamatan Purbaratu, Tasikmalaya.

Pemanfaatan tanaman mendong mencapai kejayaannya mulai era 1940-an. Pada era itu, tanaman mendong untuk pertama kalinya dibawa dari Pulau Sumbawa ke Pulau Jawa oleh dua orang pedagang kuda dari Purbaratu Tasikmalaya. Di sana, ada banyak belantik kuda, sehingga tanaman ini pun dibudidayakan sebagai menu utama makanan kuda.

Lambat laun mereka mulai menyadari keunikan lain dari tanaman ini selain sebagai makanan kuda, yakni untuk pertama kalinya mereka membuat topi dari rumput mendong tersebut. Topi rumput mendong tersebut akhirnya menarik perhatian warga lainnya sehingga muncul ide untuk mengembangkan potensi tanaman ini.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top