Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Agunan Saham

Perusahaan Sekuritas Tiongkok Khawatirkan "Default"

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

SHANGHAI - Sejumlah pialang dan bank dari Tiongkok tengah berjuang untuk melunasi beban perjanjian pinjaman dana dengan agunan saham atau repo berjumlah ratusan miliar dollar AS.

Perusahaan sekuritas Tiongkok yang berbasis di Chongqing, Southwest Securities, mengungkapkan dalam laporan laba kuartal bulan lalu harus menyisihkan 80 persen dari keuntungan September sebagai antisipasi menutupi kerugian akibat utang itu.

Menurut laporan sejumlah media pada Senin (12/11), Southwest dan sejumlah pialang lain terjebak dalam pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat. Para pemegang saham utama perusahaan menyediakan saham sebagai jaminan untuk pinjaman. Praktik itu sempat meluas tahun lalu di tengah tindakan keras terhadap perbankan bayangan, namun saat harga saham merosot, pihak kreditor menderita.

Sekitar 620 miliar dollar AS saham Tiongkok yang diperdagangkan atau 10 persen dari total kapitalisasi pasar telah dijaminkan oleh perusahaan kecil dan menengah, yang telah terimbas dampak dari perang perdagangan Tiongkok-AS. Sebagai akibat indeks saham utama yang turun 20 persen tahun ini, otoritas Tiongkok mendesak para pialang untuk tidak melepas saham yang dimiliki sebagai jaminan.

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar diberitahu untuk tidak menangguhkan perdagangan saham. Meskipun pihak berwenang mendorong pemerintah lokal, pialang, perusahaan asuransi, dan bank untuk menyuntikkan dana ke perusahaan-perusahaan yang terdaftar, kerugian bisa bertambah parah.

"Jika Anda ingin memadamkan api, Anda harus memisahkan lumbung yang terbakar dari lumbung yang lain," kata manajer portofolio Water Wisdom Asset Management, Yuan Yuwei.

Laba Merosot

Menurut laporan, dalam kurun sembilan bulan pertama di 2018, 32 pialang terdaftar Tiongkok telah menyisihkan dana untuk menutupi kerugian kredit yang besarnya lebih dari 1 miliar dollar AS atau dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan gagal bayar (default) dalam bentuk pinjaman yang didukung oleh saham yang dijanjikan.

Para pialang terdaftar melaporkan kemerosotan 50 persen laba pada kuartal ketiga. Southwest melaporkan penurunan laba bersih untuk kuartal ketiga 62 persen, dan itu belum termasuk saham utama. Laporan itu juga mengungkap daftar panjang sengketa hukum yang melibatkan saham yang diagunkan dan para debitur gagal, seperti produsen perhiasan Eastern Gold Jade Co, perusahaan elektronik Jiang Su Proturly Vision Technology Group, dan Guangdong Golden Glass Technologies.

Yuan Yuwei khawatir tekanan yang dilakukan pemerintah hanya menimbulkan risiko finansial lebih besar. "Sekarang pemerintah justru mencampur semua lumbung. Jika risiko menyebar lebih jauh ke dalam sistem keuangan, bisa merubah korek api menjadi bom atom," katanya.

SB/AR-2

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top