Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Aksi Korporasi - Kencana Energi Lestari Tbk Memiliki 3 Proyek PLTA di Sumatera dan Sulawesi

Perusahaan PLTA Sasar Dana IPO 400 Miliar Rupiah

Foto : Koran Jakarta/M. Fachri

PAPARAN PUBLIK - Direktur Utama PT Kencana Energi Lestari Tbk, Henry Maknawi (kedua dari kanan) bersama (dari kiri): Komisaris Utama Albert Maknawi, Komisaris Jeanny Maknawi, dan Komisaris Independen Sim Idrus Munandar usai paparan publik rencana penawaran umum perdana (Inital Public Offering/IPO) di Jakarta, Jumat (19/7).

A   A   A   Pengaturan Font

Harga saham IPO yang ditawarkan PT Kencana Energi Lestari Tbk senilai 250–420 rupiah per lembar sehingga dana yang bisa dihimpun sebesar 244,42–410,62 miliar rupiah.

JAKARTA - Guna mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau hydro power plant, PT Kencana Energi Lestari Tbk melepas saham ke publik melalui penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) sebanyak 977,68 juta saham.

Nantinya, Perseroan akan mengalokasikan sekitar 55 persen dana IPO untuk mendukung pengembangan usaha hydro power plant dan energi terbarukan lainnya, 25 persen untuk modal kerja, dan sekitar 20 persen untuk belanja modal. Bertindak sebagai penjamin emisi efek, PT RHB Sekuritas Indonesia, PT Bahana Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Masa penawaran awal (bookbuilding) dilaksanakan sejak 17 Juli 2019 hingga 30 Juli 2019. Perseroan berharap mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah mendapatkan Persetujuan Otoritas Pasar Modal.

Direktur RHB Sekuritas Indonesia, Iman Hilmansah, mengatakan harga IPO ditawarkan sebesar 250-420 rupiah, sehingga dana yang bisa dihimpun sebesar 244,42-410,62 miliar rupiah. Valuasi pembentukan harga IPO mencerminkan Price Earning Ratio (PER) sebesar 5,9-10 kali dan Price Book to Value (PBV) sebesar 0,7-1 kali.

"Pembentukan harga IPO ini tentunya telah memperhatikan banyak hal, seperti mengambil contoh industri di negara luar juga. Lalu, melihat kondisi pasar domestik juga untuk PER-nya seperti apa. Apalagi jenis dari industri ini lebih stable. Kita tidak bisa melihat semua faktor secara kombinasi, sehingga bisa ketemu di angka itu," ungkapnya, di Jakarta, pekan lalu (19/7).
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top