Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembiayaan Eksternal l ULN Indonesia pada Agustus 2024 Capai USD425,1 Miliar atau 7,3% (Yoy)

Pertumbuhan ULN Bisa Hambat Daya Pacu Ekonomi

Foto : ANTARA/Fauzan

laporan BI I Kereta LRT melintas di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (15/10). Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebesar 425,1 miliar dolar AS atau secara tahunan tumbuh sebesar 7,3 persen yang dipengaruhi faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global termasuk rupiah.

A   A   A   Pengaturan Font

Peningkatan utang luar negeri ini tidak lagi menjadi laverage, melainkan justru menghambat pertumbuhan ekonomi sebab belanja yang dibiayai hampir sebagian besar bersifat konsumtif.

JAKARTA - Pemerintah perlu mengendalikan pertumbuhan utang luar negeri (ULN). Kebergantungan pembiayaan eksternal dari ULN dikhawatirkan dapat menghambat daya pacu perekonomian nasional. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, mengatakan pemerintah membutuhkan pembiayaan eksternal untuk menutup defisit anggaran seiring peningkatan belanja di tengah rendahnya rasio penerimaan pajak terhadap pendapatan negara. Terlebih lagi, kebutuhan belanja tahun depan meningkat menjadi 3.621,3 triliun rupiah dari APBN 2024 sebesar 3.325,1 triliun rupiah.

"Jadi, kalau ketergantungan pada eksternal terutama untuk pembiayaan defisit dan sebagian pembiayaan untuk belanja yang sifatnya konsumtif di pemerintahan, seperti belanja barang, belanja pegawai, dan bahkan pembayaran bunga utang, maka peningkatan utang luar negeri ini tidak lagi menjadi laverage, melainkan justru menghambat pertumbuhan ekonomi," ujar Bhima dalam keterangan di Jakarta, Selasa (15/10). Bhima juga memperingatkan pemerintah mencermati kenaikan ULN di tengah pelemahan rupiah.

"Jadi, ada konsekuensi tentu pengembalian utang jatuh tempo, jika utangnya jangka pendek dan juga pembayaran bunga utang yang wajib dibayar tiap tahunnya akan semakin membengkak seiring dengan pelemahan nilai tukar dan ini akan menjadi beban fiskal berikutnya," jelasnya. Menurut Bhima, kenaikan ULN swasta belum mampu meningkatkan penerimaan deviden dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Sebab, sebagian ULN swasta dialokasikan untuk penugasan proyek dan penyertaan modal negara (PMN) kepada BUMN.

"Ini menjadi salah satu sinyalemen kondisi dari kinerja BUMN yang sebagiannya disuntik oleh PMN belum mampu meningkatkan pengembalian utang luar negeri sehingga terus bertambah," tegas Bhima. Karena itu, lanjut Bhima, ada risiko fiskal yang membayangi dari kenaikan ULN dan memang harus ada kehatihatian yang lebih besar. Selain itu, imbuhnya, debt service rasio (DSR) bisa saja kembali meningkat atau memburuk trennya sehingga mengindikasikan kenaikan ULN belum berkorelasi terhadap peningkatan kinerja ekspor.

Persempit Fiskal
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top