Pertumbuhan Kredit Sinyal Pemulihan Ekonomi
PERRY WARJIYO Gubernur Bank Indonesia - Secara keseluruhan, perkembangan intermediasi perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi.
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada posisi November 2022 tumbuh sebesar 11,16 persen dibanding periode yang sama 2021 atau secara (year on year/yoy). Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, saat pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) mengatakan pertumbuhan positif itu ditopang oleh kenaikan penyaluran di seluruh jenis kredit dan mayoritas sektor ekonomi.
"Intermediasi perbankan terus membaik didorong peningkatan dari sisi permintaan dan penawaran," papar Perry yang disampaikan secara daring di Jakarta, Kamis (22/12).
Selain itu, pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 23,5 persen (yoy).
Pada segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pertumbuhan kredit pada November 2022 tercatat cukup tinggi, yaitu sebesar 18,13 persen (yoy).
Di sisi penawaran, perbaikan intermediasi perbankan didukung likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit/pembiayaan yang tetap longgar.
Sementara dari sisi permintaan, jelas Perry, kenaikan kredit/pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi dan konsumsi rumah tangga yang tetap baik. "Secara keseluruhan, perkembangan intermediasi perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi," ungkap Perry.
Di sisi lain, ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan tetap terjaga baik dari sisi permodalan maupun likuiditas.
Permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio/CAR per posisi Oktober 2022 tetap tinggi sebesar 25,08 persen, sedangkan likuiditas perbankan pada November 2022 tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8,80 persen (yoy).
Seiring dengan kuatnya permodalan, risiko tetap terkendali yang tecermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan/NPL pada Oktober 2022 yang tercatat 2,72 persen (bruto) dan 0,78 persen (neto).
Hasil simulasi bank sentral juga menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga. Ke depan, bank sentral akan terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan.
Dorong Pemulihan
Pengamat Ekonomi dari Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko, yang diminta pendapatnya mengatakan pertumbuhan kredit tersebut merupakan sinyal positif yang bisa mendorong pemulihan ekonomi. Sebab, kenaikan suku bunga acuan jangka pendek BI tidak segera ditransmisikan oleh lembaga keuangan ke suku bunga dana dan kredit.
"Keuntungan dari kondisi ini kredit perbankan masih tumbuh secara signifikan," ungkap Suhartoko ketika dihubungi, Kamis (22/12).
Proses selanjutnya, jelas Suhartoko, adalah investasi yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan suku bunga acuan jangka pendek, nampak sudah bertransmisi ke pasar surat utang jangka pendek yang menahan capital outflow (pelarian modal keluar) dari portofolio, sehingga menahan penurunan penawaran dollar AS. "Kondisi tersebut mampu menahan rupiah tidak mengalami depresiasi (pelemahan) yang lebih dalam lagi," kata Suhartoko.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
Berita Terkini
- Wamensos Sebut Instrumen untuk Makan Bergizi Gratis Sudah Kuat
- BGN Sebut Hasil Uji Coba Makan Bergizi Gratis Dievaluasi Secara Berkala
- Ini Klasemen Liga Inggris: Liverpool Naik Puncak, Forest Tembus Tiga Besar
- Tindak Tegas, Polda Sumut Sita 55,95 Kg Sabu-sabu
- Arah Pembangunan Pusat dan Daerah Harus Selaras