Rabu, 25 Des 2024, 10:55 WIB

Persalinan Sesar Pengaruhi Imunitas si Kecil

Dokter kandungan di RS Brawijaya Hospital dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, berfoto bersama dengan para peserta edukasi C-Section Awareness Month yang membahas perawatan pasca kelahiran cesar baik untuk ibu dan bayi dari di Jakarta baru-baru ini.

Foto: Istimewa

JAKARTA – Kelahiran merupakan proses yang menandakan dimulainya kehidupan baru baik bagi anak maupun orang tua. Oleh sebab itu, setiap proses kelahiran, baik melalui kelahiran pervaginam maupun kelahiran sesar (Section-Caesarea) bermakna dan sangat mulia bagi setiap ibu.

Berbeda dengan persalinan normal, jumlah persalinan section-caesarea (SR) atau sesar terus meningkat di Indonesia hingga mencapai 25,9 persen atau lebih dari 1 di antara 4 pada tahun 2023. Khusus di DKI Jakarta angkanya sebesar 40,8 persen dari semua kelahiran.

Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat di dekade mendatang. Dalam 5 tahun terakhir tingkat persalinan sesar di Indonesia mengalami kenaikan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018) angkanya meningkat dari 17,6 persen menjadi 25,9 persen

Namun ada yang tidak menggembirakan dalam persalinan metode ini. Persalinan sesar dapat menyebabkan ibu menderita nyeri fisik pasca melahirkan dan mengalami pemulihan pascanatal yang lebih lama dan lebih sulit.

Kondisi ini juga dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis ibu. Karena itu, pasca cesar, Ibu kemungkinan akan lebih fokus kepada pemulihan kesehatannya. Kesadaran tentang dampak negatif operasi cesar pada bayi masih sangat rendah.

Menurut Naa Gandau et al. BMC Pregnancy and Childbirth (2019), satu dari lima calon ibu yang mengetahui hal ini. Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan perkembangan kesehatan Ibu dan bayi setelah proses kelahiran sehingga keduanya sehat.

“Jika dilakukan sesuai indikasi medis, operasi caesar dapat mencegah mortalitas dan morbiditas ibu dan anak secara efektif,” kata dokter kandungan di RS Brawijaya Hospital dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, dalam acara edukasi C-Section Awareness Month yang disampaikan melalui keterangan tertulis pada Selasa (25/12).

Meskipun demikian kada Dinda, perbedaan dampak kedua kelahiran ini tentu berbeda juga pada anak. Pada kelahiran pervaginam, bayi akan secara alami terpapar bakteri baik pada jalan lahir ibu, seperti Bifidobacteria, Lactobacillus, dan Prevotella. Bakteri ini merupakan bakteri yang dapat menunjang perkembangan imunitas serta maturitas saluran cerna anak.  

“Kedua, kelahiran cesar dapat menyebabkan anak terpapar bakteri buruk (patogen) yang berada pada permukaan kulit Ibu seperti dominasi Staphylococcus, Corynebacterium, dan Propionibacterium spp. Paparan bakteri ini berisiko mengganggu keseimbangan bakteri di dalam usus (disbiosis) pada anak dan kesehatan anak di kemudian hari,” ujar dia.

Disbiosis usus, merupakan sebutan untuk ketidakseimbangan jumlah mikrobiota baik dan buruk (patogen) yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi usus dan mengaktifkan sel-sel inflamasi, serta berhubungan dengan berbagai penyakit.

Menurut penelitian Kolokotroni et al. BMC Pediatrics (2012) disbiosis usus ini dapat beresiko meningkatkan risiko penyakit asma sebesar 41 persen, alergi sebanyak 21 persen, infeksi pernafasan sebanyak 29 persen dan tingkat  kor kemampuan numerik yang lebih rendah (hingga 10 persen standar deviasi) di masa pertumbuhannya.

Dokter anak RS Brawijaya Hospital dr. Reza Abdussalam, Sp.A mengatakan, baik kelahiran pervaginam maupun kelahiran sesar  tentu harus memperhatikan nutrisi yang penting untuk anak, kesehatan dan daya tahan tubuhnya. Nutrisi dari ASI merupakan yang paling lengkap, mulai dari kandungan Laktosa sebagai sumber Karbohidrat, Lemak, Protein, Prebiotik, Probiotik, Vitamin dan Mineral.

ASI mengandung oligosakarida (yang berperan sebagai prebiotik) dan berbagai bakteri baik seperti Bifidobacteria (yang berperan sebagai probiotik) yang tergabung disebut sinbiotik yang dapat meningkatkan kekuatan sistem imun pada anak.

“Sinbiotik merupakan kombinasi prebiotik dan probiotik yang terbukti secara klinis meningkatkan kinerja sistem imun, seperti membantu menurunkan kejadian ISPA, mencegah alergi makanan dan menaikkan toleransi pada asma,” terangnya.

Sinbiotik, merupakan kombinasi prebiotik (serat) dan probiotik (bakteri baik) yang bermanfaat baik bagi kesehatan si Kecil. Penelitian membuktikan sinbiotik memiliki peran khusus untuk mengembalikan bakteri baik pada anak yang lahir secara sesar.

“Sinbiotik memulihkan kondisi saluran cerna setelah operasi caesar sejak hari-hari pertama kehidupan,” ujar dia.

Kandungan sinbiotik juga terdapat dalam ASI dan dapat membantu meningkatkan jumlah bakteri baik, mencegah masalah kesehatan pencernaan seperti terjadinya disbiosis usus. Dengan saluran cerna yang sehat, kesehatan dan imunitas anak juga akan terjaga sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan dan perkembangan fisik di masa pertumbuhannya.

“Kedua anak saya lahir secara caesar dan saya pribadi memiliki pengalaman terkait halangan pemberian ASI secara eksklusif setelah persalinan. Saat itu saya mengalami masalah mastitis, yaitu penyumbatan pada puting payudara yang menyebabkan sulitnya ASI keluar,” kata Annissa Soebandono, seorang mom influencer.

Karena penyumbatannya sudah parah tutur Annisa, ia disarankan untuk melakukan tindakan laser. Setelah tindakan ini, akhirnya ia dapat memberi ASI eksklusif baik secara breastfeeding maupun pumping kepada anak saya.

“Pada awalnya, saya mengalami over supply, namun setelah 6 bulan produksi ASI saya semakin menurun. Setelah berkonsultasi dengan dokter, keadaan ini mungkin terjadi karna saya mengalami kelelahan. Setelah anak saya berumur satu tahun, untuk mendukung kelengkapan nutrisinya saya memberi susu formula sesuai anjuran dokter,” katanya.

Tami Nabila, salah satu peserta talkshow turut memberi komentar. Ia mengatakan, melalui kegiatan dari Brawijaya Hospital & Clinic, saya sebagai Ibu lebih memahami bahwa persalinan sesar tidak hanya berdampak kepada Ibu tetapi juga pada si anak.

“Oleh karena itu, sebagai orangtua tentu banyak aspek yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan untuk kesehatan anak di masa depan, mulai dari proses persalinan hingga pemenuhan nutrisi yang tepat di masa pertumbuhannya,” ungkapnya.

Redaktur:

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: