Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 11 Mar 2025, 07:00 WIB

Perjuangan Tragis Menjadi Orang Pertama Turun Gunung Everest dengan Snowboard

Marco Siffredi (22 Mei 1979 – 8 September 2002)

Foto: istimewa

Marco Siffredi (22 Mei 1979 – 8 September 2002) adalah seorang peseluncur salju dan pendaki gunung asal Prancis. Siffredi adalah orang pertama yang menuruni Gunung Everest dengan menggunakan papan seluncur salju.

Pada tanggal 22 Mei 2001, Marco mendaki puncak Everest dengan rencana menuruni gunung dengan snowboard melalui celah Hornbein. Tapi ia tidak menemukan cukup salju di rute tersebut, sehingga ia menggunakan rencana cadangan, yaitu turun melewati North Col Route.

Pada percobaannya itu, ia berhasil menuruni gunung Everest dan menjadi orang pertama yang berhasil turun dengan snowboard, setelah meluncur selama 4 jam. Namun, tujuannya untuk melewati celah Hornbein belum tercapai, hingga akhirnya ia kembali lagi ke Everest pada bulan September untuk menuntaskan misinya.

1741624167_2a1664b21349b34daeaf.jpeg

Foto terakhir yang diambil dari Marco Siffredi sebelum ia menghilang pada 8 September 2002.

Pada bulan itu ia berharap sudah ada salju yang cukup tebal di Hornbein sehingga bisa dilewati snowboardnya. Benar saja tebakannya, karena waktu itu salju tebal menyelimuti rute paling curam di Everest tersebut. 

Setelah beristirahat selama satu jam, ia mulai mulencur di celah Hornbein setelah pukul 3 sore. Namun nahas baginya, setelah melakukan peluncuran sejauh 1.500 meter dari bawah celah Hornbein, ia jatuh. Teman-teman Sherpa-nya kehilangan jejaknya beberapa kali. Di North Col, sekitar 1.300 meter (4.300 kaki) di bawah Camp Three, kedua Sherpa melaporkan melihat bayangan seorang pria berdiri, kemudian meluncur menuruni gunung. Namun, ketika mereka mencapai titik penglihatan tersebut, jejak papan saluncur salju Siffredi tidak ditemukan dan hingga saat ini, tubuhnya belum ditemukan.

Mendaki Gunung Everest selain dibutuhkan fisik yang kuat juga mental yang tangguh karena resiko kematian bisa kapan saja mengancam. Kondisi cuaca yang cepat berubah ditambah dinginnya suhu dan tipisnya oksigen menjadi beberapa kendala yang menghadang. Banyak para pendaki yang akhirnya meninggal dalam upayanya mencapai puncak.

Redaktur: -

Penulis: Arif

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.