Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perjuangan Keras Mewujudkan Cita-cita Kembar

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Uterus

Pengarang : Diyan Suratman

Terbit : Juni 2018

Penerbit : Perahu Litera

Tebal : 199 halaman

ISBN : 978-602-6537-87-4

Semua pasti mempunyai mimpi, walau banyak tak terwujud. Novel Uterus menceritakan seorang Diyan Suratman berjuang mewujudkan cita-cita diibaratkan dua janin yang bersemayam dalam uterus (rahim). Dia harus menjadi bidan dan penulis. Penulis yang merupakan tokoh utama dalam buku ini menceritakan kisahnya dalam memperjuangkan mimpi tersebut.

Bagian pertama yang diberi judul Aku Diyan Bukan Dilan, menceritakan perjalanannya selama enam tahun menimbah ilmu bersama kakaknya, Nur, di pesantren. Diyan berkeinginan melanjutkan kuliah, namun terkendala keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan mengharuskannya bekerja dulu. Sempat kecewa, namun dia terinspirasi perjuangan kakaknya mengumpulkan rupiah untuk bisa kuliah. "Dia pun selepas SMK langsung bekerja setahun, kemudian di tahun inilah kuliah. Kakak mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk mendaftar kuliah," kata Diyan (hal 14).

Setelah setahun berhasil mengumpulkan uang untuk pendaftaran kuliah, Diyan dihadapkan dengan keinginan orang tuanya mengambil jurusan kebidanan. Padahal, dia ingin mengambil jurusan Sastra Arab. Akhirnya, dia mengikuti saran orang tua. "Jika aku tak melihat keringat yang menetes setiap menit, jika aku tak melihat Mama yang selalu setia bangun di sepertiga malamnya, jika aku tak tahu apa itu balas budi, jika aku tak tahu ada hikmah di balik taat pada orang tua, jika aku tak tahu malu karena masih begitu bergantung, aku tak akan menjalani skenario ini," ujar Diyan (hal 24).

Akhirnya, Diyan mulai menyukai kebidanan karena terinspirasi perkataan seorang dosen, menjadi bidan itu mulia karena menolong dua orang sekaligus! Hidup mati ibu dan bayi campur tangan bidan (hal 31). "Ya, aku dulu tak sudi melirik jurusan ini, tak pernah tebersit. Aku lebih suka dunia sastra. Namun, akhirnya aku pun jatuh cinta," (hal 79).

Di tengah padatnya jadwal kuliahan, Diyan tetap menulis. Materi kuliah yang rumit dibarengi bahasa kebidanan yang aneh-aneh dibuatnya menjadi tulisan yang mudah dicerna. Tema-tema tulisannya pun banyak bernuansa kebidanan. Mimpinya untuk menjadi bidan dan penulis, ibarat bayi kembar dalam uterus dirawatnya dengan baik. Ketika ikut lomba menulis, Diyan menjadi juara dua.

Di tahun terakhir perkuliahan, Diyan dihadapkan dengan masalah keuangan. Biaya ujian dan wisuda yang tidak sedikit membuatnya memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan dengan membuat blog.

Pekerjaan tersebut harus Diyan tinggalkan setelah bekerja selama tiga bulan. Dia harus lebih fokus untuk menyelesaikan kuliahnya. Karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu syarat kelulusannya diselesaikan dengan mudah dan dipresentasikan dengan hasil memuaskan. "Ternyata, menyelesaikan karya-karya tulis ilmiah mudah bila tahu caranya," (hal 175).

Kegigihannya pun membuahkan hasil. Semasa kuliah Diyan tetap aktif menulis sehingga berhasil memenangkan lomba dan menerbitkan buku. Kuliahnya pun diselesaikan dengan mendapat peringkat kedua.

Buku in juga mengular pentingnya air susu ibu untuk pertumbuhan anak. Ada juga trik mengelola emosi agar tidak berdampak negatif. Sebaliknya, menghasilkan hal-hal positif yang mendorong terwujudnya impian.

Meity Angraini Kamasi, tinggal di Kotamobagu, Sulut

Komentar

Komentar
()

Top