Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Women in Tech

Perempuan di Antara Budaya, Teknologi, dan Inovasi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Jagat teknologi telah merambah ke berbagai lini kehidupan. Bukan hanya kehidupan terkait kepentingan publik, melainkan juga kehidupan privasi.

Di dominasi oleh kaum Adam, dunia teknologi kini juga milik kaum hawa. Menurut Vice President Corporate Communication Telkomsel, Adita Irawati jumlah perempuan yang menggeluti ranah teknologi saat ini semakin banyak.

"Secara statistik memang jumlah lelaki masih mendominasi, tapi wanita di dunia teknologi Tanah Air mengalami pertumbuhan yang besar dalam kurun lima tahun ini. Banyak perusahaan pun kini melihat gender bukan sebuah isu lagi. Selama punya kemampuan, perusahaan tidak akan melihat jenis kelamin," ujar Adita dalam gelaran Bekraf Habibie Festival 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (11/8).

Adita melihat perempuan Indonesia saat ini semakin menyadari bahwa dunia mereka luas. Lebih dari itu, menurut dia, pihak keluarga kini tak lagi mempersoalkan ketika memilih untuk berkecimpung di dunia yang "maskulin".

Tidak hanya itu, menurut Adita, perempuan memiliki sejumlah keunggulan dibanding laki-laki, seperti kemampuan multitasking, lebih tekun dan teliti. "Yang saya lihat seperti itu, dan bekerjanya dengan hati. Perempuan itu lebih sensitif," ujar dia.

Hal tersebut membuat perempuan mampu menempati posisi kunci di perusahaan. Sebagai contoh, Adita mengatakan bahwa sekitar 40 persen Vice President di Telkomsel adalah perempuan.

"Mereka menduduki posisi yang sangat lapangan banget, jadi pemimpin teritori area Sumatera, Papua dan segala macam. Ini sangat challenging dan rumit, tapi mereka bisa bertahan," kata Adita.

Meski demikian, perempuan tetap tak lepas dari kodratnya. Bagaimanaperempuan menjalankan fungsinya sebagai ibu, istri sekaligus wanita karier, menurut Adita, menjadi tantangan tersendiri.

"Terkadang ada keluarga yang menuntut lebih. Sebagai istri yang harus totalitas di kerjaan akhirnya gagal fokus karena perioritasnya berubah. Jadi, tantanganannya lebih pada diri sendiri bukan di lingkungan pekerjaan," kata dia.

"Pada akhirnya ketika pilihan dibuat, bagaimana di-manage kembali kepada perempuan itu sendiri dan keluarga inti," tambah dia.

Sementara itu, Alamanda Santika, Founder BINAR/ex-VP Go-Jek, mengatakan lewat Go-Jek, perusahaan ini ingin membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Semenjak itu, saya sering dikirimi hadiah dari pekerja Gojek dan mereka bilang kepada saya bahwa mereka sangat berterima kasih. Dari situ saya mengerti selain membahagiakan diri sendiri, tapi lewat membantu orang lain itu juga lebih menyenangkan," ungkap Alamanda.

Alamanda mengaku banyak belajar di Go-Jek yang menjadi first unicorn startup di Indonesia. "Tapi yang dapat ilmu orang-orang Go-Jek saja. Maka dari itu dia memutuskan untuk keluar dan bangun Binar Academy," jelas Alamanda. Binar Academy adalah akademi untuk membina mereka yang ingin berkontribusi di bidang startup dan memfasilitasi mereka.

Pada kesempatan berbeda, Lina Handianto, Komisaris Utama Batik Keris mengungkapkan, budaya dan teknologi tidak bisa terlepas. Batik Keris yang sampai sekarang sudah berada di generasi ketiga awalnya berasal dari produksi rumahan.

"Batik Keris bisa membuktikan masa ke masa, generasi ke generasi, dan terus berinovasi agar bisa diterima generasi sekarang karena budaya tidak bisa terlepas dari teknologi," ungkap Lina. Maka dari itu, inovasi yang dilakukan oleh Batik Keris adalah membuat situs jual beli online khusus Batik Keris yang diresmikan Jumat. pur/R-1

Miliki Sejumlah Keunggulan

Dunia teknologi memang identik dengan kaum pria. Tapi itu dulu. Kini makin banyak perempuan yang menapaki karier di jagat teknologi, termasuk di Indonesia.

Adita Irawati mengatakan, secara statistik memang jumlah lelaki masih mendominasi. Tapi wanita di dunia teknologi Tanah Air tumbuh pesat dalam kurun lima tahun terakhir.

Menurutnya, ada tiga penyebabnya. Pertama, stigma bahwa wanita kurang mumpuni di teknologi mulai luntur. Makin banyak ikon perempuan yang sukses bikin gebrakan di ranah teknologi. "Saya masih ingat ibu Betti Alisjahbana, beliau sudah cukup lama berkiprah di teknologi. Banyak perempuan yang berhasil membuktikan dirinya sehingga menginspirasi dan memotivasi perempuan muda," kata Adita.

Kedua, banyak perusahaan yang tak lagi memandang perbedaan gender sebagai masalah. Selama punya kemampuan, perusahaan tidak akan memedulikan jenis kelaminnya.

Adita pun melihat perempuan Indonesia makin sadar bahwa dunia mereka luas. Dan ketika mereka memilih untuk berkecimpung di dunia yang identik maskulin, keluarga tak lagi mempersoalkan. "Dan, ketiga, sudah tidak ada orang tua yang menanyakan apakah anaknya yakin menekuni profesi ini karena itu dunianya cowok. Jadi tiga hal tadi membuat perempuan di dunia teknologi makin banyak," ungkapnya.

Lebih lanjut Adita mengatakan, kaum hawa punya sejumlah keunggulan dibanding pria. Ia menilai perempuan memiliki kemampuan multitasking, lebih tekun, teliti bahkan bisa lepas dari politik kantor. Tak mengherankan, semua itu membuat sejumlah perempuan mampu menempati posisi kunci di perusahaan.

"Sekarang ini banyak VP (Vice President) di Telkomsel, 40 persen di antaranya adalah perempuan. Mereka menduduki posisi yang sangat lapangan banget, jadi pemimpin area Sumatera, Papua dan segala macam. Ini sangat challenging dan rumit, tapi mereka mampu bertahan," tutur Adita memberi contoh.

Kendati kian banyak perempuan di dunia teknologi, sejumlah tantangan tetap menanti mereka. Menurut Adita, tantangan saat ini lebih pada bagaimana perempuan saat menjalankan fungsinya sebagai ibu, istri, dan wanita karier yang harus dijalankan secara seimbang.

"Terkadang ada keluarga yang menuntut lebih. Sebagai istri yang harus totalitas di kerjaan, akhirnya gagal fokus karena prioritasnya berubah. Jadi tantangannya lebih pada diri sendiri, bukan di lingkungan pekerjaan. Pada akhirnya ketika pilihan dibuat, bagaimana di-manage kembali perempuan itu sendiri dan keluarga inti" pungkas Adita. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top