Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perang Yaman Tragedi Kemanusiaan

Foto : AFP/haled Ziad
A   A   A   Pengaturan Font

Tragedi kemanusian telah membelenggu Yaman selama lima tahun terakhir akibat perang antara pemerintahan yang sah didukung koalisi Arab dengan kelompok pemberontak Houthi yang menjadi kaki tangan Iran.

Konflik yang berkepanjangan ini telah menyebabkan masyarakat sipil menderita. Berdasarkan data PBB, lebih dari 100.000 orang tewas akibat perang saudara itu. Jumlah balita kurang gizi pun meningkat 20 persen menjadi 2,4 juta pada akhir tahun karena kekurangan dana.

International Rescue Comittee (IRC) menyebut Yaman dilanda krisis kemanusiaan terparah di dunia. Sebanyak 22 juta lebih warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan akibat kelaparan bersama dengan wabah kolera yang terburuk dalam sejarah dunia moderen.

Serangan udara terjadi rata-rata satu kali setiap 99 menit selama tiga tahun terakhir, ketika warga sipil Yaman tidak bisa mendapat makan dan perawatan kesehatan. Anak-anakYamandilaporkan tewas setiap 10 menit akibat perang.

Jejak pertempuran skala besar dimulai ketika peralihan kekuasaan dari penguasa otokratis, Presiden Ali Abdullah Saleh, kepada wakilnya yang menjadi presiden saat ini, Abd Rabbu Mansour Hadi, pada November 2011. Saleh dipaksa mundur setelah seruan dampak Arab Spring menyebar di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah.

Gerakan Houthi muncul ketika Hadi sedang berupaya menuntaskan masalah Yaman di antaranya serangan Al Qaeda, gerakan separatis di selatan, perpecahan di kubu militer, korupsi, kekurangan pangan, dan pengangguran.

Houthi, gerakan dari wilayah pegunungan di utara Yaman pada 2004, yang merupakan gerakan Syiah Zaidi, semakin berkembang di tengah ketakutan masyarakat dari dominasi Sunni.

Pada Desember 2017, Saleh memutuskan hubungan dengan Houthi dan meminta para pengikutnya untuk mengangkat senjata berbalik melawan Houthi. Saleh terbunuh dan pasukannya kalah dalamdua hari.

Iran dan Arab Saudi telah menjadikan Yaman sebagai medan pertempuran untuk meraih pengaruh di Timur Tengah. Intervensi kekuatan regional itu membuat Yaman semakin terjerumus dalam perpecahan Sunni-Syiah.

Arab Saudi membentuk koalisi negara-negara Arab untuk mengalahkan Houthi di Yaman pada 2015. Koalisi Arab terdiri dari Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, dan Senegal.

Beberapa dari negara-negara ini telah mengirim pasukan untuk bertempur di tanah Yaman, sementara yang lain hanya melakukan serangan udara.

AS bersama dengan kekuatan Barat lainnya seperti Inggris dan Prancis, memasok Koalisi Arab dengan senjata dan intelijen.

Cara untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Yaman adalah dengan menghentikan perang. Setelah lima tahun kita menyaksikan kehancuran ini, apakah tidak cukup membuat Arab Saudi, Emirat Arab, dan Iran sedikit memiliki empati terhadap Muslim Yaman.

Dunia internasional perlu terlibat intens dalam mendorong perdamaian di Yaman, khususnya dalam mendesak Iran dan koalisi Arab Saudi. Iran harus berhenti mendukung Houthi dan menghancurkan Yaman. Begitu pula Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia harus berhenti hancurkan Yaman dengan dalih perangi Houthi.


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Khairil Huda

Komentar

Komentar
()

Top