
Peran Guru PAUD Penting dalam Edukasi Gizi
pendidikan anak
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 menempatkan Indonesia pada posisi 62 dari 70 negara. Artinya negeri ini berada termasuk dalam 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah.
Pencegahan stunting harus dimulai dari lingkungan keluarga. Namun sayangnya, kesadaran orang tua akan kebutuhan gizi anak pada umumnya masih rendah. Hal itu diperkuat oleh pemahaman gizi yang kurang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi.
Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) Prof.Dr.Maysitoh Chusnan, M.Ag mengatakan, guru PAUD perlu memahami literasi gizi. Sebab PAUD adalah lingkungan yang dapat memantau gizi dan pertumbuhan anak selain keluarga. Selain itu, guru PAUD diharapkan juga dapat menjadi penyambung edukasi gizi untuk orang tua.
"Guru yang cerdas literasi gizi itu dapat melihat kualitas makanan, baik yang dibawa oleh anak muridnya, maupun yang disediakan oleh sekolah. Sehingga terciptalah keseimbangan gizi berawal dari lingkungan terdekatnya yakni PAUD. Perlu digaris bawahi, kualitas makanan yang baik itu tidak melulu mahal, namun memiliki gizi seimbang," ujar dia dalam konferensi pers Senin (18/4).
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp. A(K), mengakui pandemi Covid 19 yang terjadi dalam dua tahun ini telah berpotensi tinggi meningkatkan angka tengkes (stunting). Sebab, selama pandemi hanya 19,2 persen Posyandu yang aktif melakukan pemantauan gizi dan tumbuh kembang anak.
"Stunting tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahap yang dapat dilihat dan dideteksi secara dini. Pasti ada gangguan pertumbuhan (growth faltering)atau indikasi gagal tumbuh terlebih dahulu, dan usia paling sering terjadi ada pada usia 3 sampai 18 atau 24 bulan" ujar dokter spesialis anak ini.
Oleh karena itu, Cut Nurul berharap banyak terhadap guru PAUD untuk menjadi agen pendeteksi dini kondisi anak, terutama gizi anak. Mereka harus memperhatikan komposisi menu makan siang untuk muridnya, wajib mengandung beberapa unsur, karbo, lemak, protein dan sayur dalam jumlah secukupnya.
"Protein terbaik untuk tumbuh kembang anak adalah susu, ingat bukan susu kental manis. Susu adalah alternatif sumber protein hewani yang bisa diberikan untuk anak, untuk mengantisipasi keterpenuhan protein anak. Ada anak yang susah makan telur, makan daging atau protein lainnya, maka untuk mencukupi kebutuhan proteinnya sebaiknya diberikan susu fortifikasi," jelas Cut Nurul.
Senada dengan Cut Nurul, dan praktisi pendidikan dan ahli gizi, Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si,menuturkan, sekolah PAUD adalah elemen penting yang dapat menjembatani antara orang tua dan anak. Selain itu, lembaga pendidikan ini juga berperan sebagai lingkungan terdekat kedua bagi anak selain rumah atau keluarga. "Dari sinilah PAUD menjadi tempat tepat tanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi untuk anak," ujar dia.
Berita Trending
- 1 Cuan Ekonomi Digital Besar, Setoran Pajak Tembus Rp1,22 Triliun per Februari
- 2 Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Puskesmas bisa Diakses Semua Warga
- 3 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 4 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 5 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
Berita Terkini
-
Sekjen PBB Desak Dukungan Berkelanjutan untuk Pengungsi Rohingya
-
2025 Call for Code Hackathon Ajak Developer Bangun Solusi AI untuk Isu Sosial dan Kemanusiaan
-
KBRI Ankara Memamerkan Keindahan Indonesia lewat Pameran Fotografi
-
Gelombang Equatorial Rossby Picu Potensi Hujan di NTT
-
Zelenskyy: Perundingan Wilayah akan Dilakukan Belakangan