Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Studi IHME

Penyakit Meresahkan yang Menghantui Harapan Hidup

Foto : koran jakarta/imantoko
A   A   A   Pengaturan Font

Ada tantangan baru pada isu kesehatan di Indonesia yaitu meningkatnya berbagai penyakit tidak menular, antara lain penyakit jantung, diabetes, stroke, seperti diungkap dalam studi terbaru The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME).

Dalam studi baru bertajuk On the road to universal health care in Indonesia, 1990- 2016: a systemic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016, yang disusun IHME, organisasi penelitian kesehatan independen University of Washington mengungkap, Indonesia tercatat memiliki kemajuan besar dalam bidang kesehatan sejak 1990, dengan meningkatnya usia harapan hidup menjadi delapan tahun lebih lama, serta menurunnya beban penyakit menular seperti diare dan tuberkulosa (TBC).

Kendati demikian ada tantangan baru yang musti dihadapi yaitu soal tingginya risiko penyakit tidak menular antara lain penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker dan lain sebagainya.

Menurut Nafsiah Mboi, mantan Menteri Kesehatan 2012-2014, menjadi sangat kompleks, dengan meningkatnya harapan hidup, diiringi kombinasi berbagai penyakit tidak menular tersebut.

"Indonesia saat ini menghadapi tantangan 'Beban Ganda Penyakit'. Kita harus tetap giat melakukan berbagai upaya untuk menurunkan infeksi penyakit menular seperti TBC, diare dan berbagai gangguan kesehatan ibu dan bayi. Pada saat bersamaan, kita juga perlu meningkatkan berbagai upaya pencegahan dan mengatasi penyakitpenyakit tidak menular, yang pengobatannya membutuhkan biaya sangat besar," paparnya di Jakarta, belum lama ini.

Dalam studi ini terungkap harapan hidup orang Indonesia pada 2016 mencapai 71,7 tahun, lebih lama dibandingkan dengan usia harapan hidup pada 1990, yang hanya mencapai 63,6 tahun.

"Padahal pada 1990, penyakit diare, infeksi saluran nafas bawah atau lower respiratory tract infections (LRI), dan TBC masih merupakan tiga penyakit penyebab utama foto-foto: istimewa istimewa istimewa kematian dan disabilitas," jelasnya.

Namun, kini isu kesehatan Indonesia berubah, studi ini menemukan penyakit jantung iskemik, stroke dan diabetes, menjadi urutan satu hingga tiga dari 10 penyebab dari beban penyakit pada 2016. Diurutan selanjutnya, TBC tercatat dengan angka yang cukup tinggi.

Studi ini juga merupakan upaya sistematis terbesar yang pernah dilakukan untuk memahami trend kesehatan di Indonesia serta berbagai penyebabnya. "Para pemimpin dalam hal ini menjadi penting untuk lebih memperhatikan bidang kesehatan masyarakat, guna meningkatkan kualita hidup manusianya. Memang sekali lagi ini berada di ranah pemimpin, butuh political will di sini, dan saya kira para pemimpin baik di pusat maupun di daerah sudah mulai memperhatikan," terangnya.

Usia Tua Semakin Rentan

Yang tidak kalah penting ialah soal gaya hidup sehat, persoalan health promotion juga perlu diperkuat guna meredam risiko penyakit tidak menular. "Saya akui memang untuk mengubah kebiasaan masyarakat itu susah sekali, bisa dibayangkan generasi muda sekarang sudah aktif merokok, di samping itu sudah banyak anak muda umur 30-40 terserang penyakit stroke," ungkap Nafsiah.

Perlu di ketahui penyakit stroke bisa terjadi di usia produktif dipengaruhi karena tingginya jumlah penderita hipertensi yang dipicu oleh konsumsi garam dan tembakau yang berlebih. Menurut IHME sejak 2005-2016, persentasenya meningkat hingga 11,5 persen.

Kemudian penyakit diabetes tak kalah mencemaskan, menurut studi turut melibatkan Badan Litbang Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, Biro Pusat Statistik, Eijkman Oxford Institute, Universitas Indonesia dan BPJS Kesehatan ini mencatat kematian dan disabilitas yang disebabkan oleh diabetes meningkat sebesar 38,5 persen selama 10 tahun lebih sejak 2006

Beberapa faktor risiko utama pemicu 10 penyakit dalam studi ini juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup antara lain pola makan, tekanan darah sistolik tinggi, gula darah tinggi, merokok, kegemukan, dan lain sebagainya," sambung Nafsiah.

Itu artinya, ada keterkaitan erat antara gaya hidup masyarakat dan meningkatnya risiko penyakit tidak menular di era modern saat ini yang berpotensi dapat membebani masa tua, akibat kurangnya pencegahan yang dilakukan sejak usia muda.

"Misal vaksinasi diare tidak dilakukan di usia muda, maka membuat usia tua makin buruk. Main smartphone terusmenerus dengan posisi buruk, memicu postur tubuh terganggu di usia tua. Merokok di usia muda, memicu stroke dan penyakit jantung lebih cepat," tegasnya.

Dr. Nafsiah menyinggung soal beban penyakit akibat rokok di Indonesia yang mencapai 23,4 triliun rupiah setiap tahun. Ia mengungkap sudah sepantasnya cukai rokok dinaikkan. Sebab, negara telah terbebani menanggung biaya-biaya akibat penyakit yang diakibatkan rokok.

Penyakit yang diakibatkan tembakau berada di peringkat keempat penyakit katastropik atau paling banyak memakan biaya negara. Misalnya Penyakit Jantung Koroner (PJK), TBC dan penyakit paru-paru.

Jalin Kerja Sama Strategis

Tokio Marine Life Insurance Indonesia (TMLI) dan PT Bank Index Selindo (Bank Index) melakukan kerja sama strategis dalam mengembangkan jalur distribusi Bancassurance, dengan menyediakan produk Index Wealth Protection (IWP). Kerja sama antara Tokio Marine Life Insurance Indonesia dan Bank Index ini diyakini mampu meningkatkan kinerja bisnis kedua perusahaan di masa mendatang melalui produk serta layanan terbaik kepada Nasabah.

Presdir TMLI, Tham Chee Kong memaparkan, pihaknya merasa optimistis dapat menjalin kerja sama dengan Bank Index, karena memiliki tujuan sama dalam memberikan produk terbaik sesuai kebutuhan konsumen. "Kami percaya produk yang kami siapkan, IWP dari TMLI memberikan perlindungan serta hasil investasi yang optimal untuk konsumen Bank Index," urainya di sela-sela acara penandatanganan kerja sama di Hotel Pullman, Jakarta, pada Kamis (5/7).

Chee Kong menyebutkan produk asuransi IWP dipasarkan di seluruh cabang Bank Index yang tersebar di seluruh Indonesia. "Kerja sama ini akan memperluas daya jangkau TMLI dengan menyediakan tenaga pemasar andal yang akan ditempatkan di cabang-cabang Bank Index, menyediakan pelatihan kepada para staf Bank Index, serta mengadakan customer gathering sebagai bentuk apresiasi dan layanan kepada nasabah Bank Index. Melalui hal-hal tersebut diyakini dapat memperluas jangkauan bisnis TMLI melalui jalur distribusi Bancassurance di Indonesia," tuturnya.

Gimin Sumalim, Presdir Bank Index menerangkan, TMLI adalah salah satu mitra bisnis terbaik karena profil perusahaan asuransi ini sama dengan Bank Index, misalnya profil nasabah, produk, dan pangsa pasarnya. "Saya meyakini bisnis Bank Index dapat tumbuh melalui kerja sama yang baik dan penyediaan produk sesuai kebutuhan nasabah. Harapan kami, target penjualan produk asuransi IWP ini dapat mencapai Rp 1,5 miliar atau Rp 6 miliar untuk premium dasar hingga akhir 2018," ungkap Gimin.

Sementara itu, Hasan Lukman, Head of Business Management Bank Index mengungkapkan, salah satu cara mencapai target ini dengan memasarkan asuransi IWP melalui 13 cabang Bank Index yang tersebar di seluruh Indonesia. "Dan rencananya, pemasaran IWP akan dipasarkan di 5 kantor cabang Bank Index yaitu Medan, Manado, Makassar, Semarang, dan Malang," ujar Hasan.

ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top