Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemulihan Ekonomi

Penting, Kelola Utang dan Aliran Modal saat Terjadi Normalisasi

Foto : Sumber: IIF, Reuters, IMF - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ekonomi global dinilai secara perlahan sudah masuk pada fase pemulihan, namun tetap menghadapi berbagai tantangan. Sebab itu, perlu kebijakan yang tepat selama masa pemulihan agar berlangsung dengan mulus, tanpa menimbulkan benturan-benturan baru dalam perekonomian.

Deputy Director General Ministry of Economy and Finance Korea Selatan, Byungsik Jung, dalam pemaparannya pada Seminar Internasional G20 yang bertajuk "Safeguarding Growth Momentum", di Jakarta, mengatakan sangat penting bagi negara-negara yang meningkatkan defisitnya dalam menangani pandemi untuk melakukan pengelolaan utang dan dan aliran modal dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi global.

Dalam masa pemulihan, jelasnya, negara-negara maju yang menggelontorkan stimulus fiskal sedemikian besar pasti akan melakukan normalisasi. Kebijakan tersebut, otomatis meningkatkan tekanan fiskal.

"Terkait dengan utang dan aliran modal ini, diperlukan dukungan dan kerja sama global dalam mengatasi tantangan tersebut," kata Jung.

Pada kesemptan yang sama, Chief Economist Citibank Indonesia, Helmi Arman, menyampaikan bahwa normalisasi akan berdampak pada aliran modal, meskipun beberapa negara berkembang diperkirakan tetap mendapat persepsi yang positif dari investor.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, menilai normalisasi kebijakan dalam strategi keluar atau exit strategy harus terencana dengan baik untuk menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi.

"Exit strategy (normalisasi kebijakan pasca-quantitative easing) harus dilakukan secara well calibrated, well communicated dan well planned untuk menjaga stabilitas sehingga pemulihan ekonomi dapat tetap terjaga. Hal ini menjadikan exit strategy sebagai salah satu agenda prioritas Presidensi G20 dalam mewujudkan pemulihan bersama," kata Dody yang tampil sebagai pembicara.

Bauran Kebijakan

Ekonomi Indonesia, papar Dody, menunjukkan perkembangan yang positif didukung oleh sinergi bauran kebijakan yang ditempuh di tengah ketidakpastian yang tinggi.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 diperkirakan pada kisaran 3,2 persen hingga 4 persen pada 2021, dan meningkat pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen pada 2022 ditopang oleh konsumsi swasta, investasi dan ekspor di tengah risiko terkait pandemi Covid-19 yang tetap perlu diwaspadai.

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia, katanya, akan mengarahkan fokus kebijakan moneter pada 2022 dalam menjaga stabilitas dengan memitigasi dampak dari normalisasi di negara maju.

"Sementara itu, kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang serta ekonomi keuangan influsif dan hijau akan diarahkan untuk mendukung pemilihan ekonomi3ezax," kata Dody.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top