Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Peningkatan Produksi Dalam Negeri Penting untuk Cegah Krisis Pangan

Foto : ANTARA/Harianto

Arsip foto - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi diwawancara awak media di Jakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa peningkatan produksi pangan dalam negeri memiliki peran krusial dalam membentuk ketahanan dan mencegah krisis pangan nasional.

"Waktunya kita tingkatkan produksi (pangan) dalam negeri dami menciptakan kedaulatan pangan dan menghindari risiko krisis pangan," kata Arief dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Arief menyampaikan hal itu, ketika diminta tanggapan soal pernyataan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet memandang perlu Indonesia menyiapkan strategi besar untuk menciptakan kedaulatan pangan.

Diketahui Bapanas juga gencar mengajak masyarakat untuk memanfaatkan penganekaragaman makanan lokal yang ada di Tanah Air dengan maksimal, sehingga dapat mencegah Indonesia dari krisis pangan global.

Menurut Arief, Indonesia dianugerahi beragam sumber pangan yang tentunya jika bersama-sama dalam pemanfaatannya maka dapat mencegah dari ancaman krisis pangan global.

Selain itu, dengan memasifkan penganekaragaman konsumsi pangan dalam negeri, yang bukan hanya bergantung pada beras, maka menopang ketahanan pangan nasional melalui potensi pertanian yang ada di dalam negeri.

Arief menuturkan bahwa selain berfokus pada aspek ketersediaan dan stabilitas pangan, pihaknya juga memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan dengan bagaimana mendorong konsumsi pangan berbasis kearifan lokal.

Namun, dia menilai bahwa sinergi semua pihak dibutuhkan untuk mendorong penganekaragaman konsumsi pangan lokal, bukan hanya bergantung pada beras.

Untuk itu, Bapanas mendorong terbangunnya sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, komunitas petani, serta sektor swasta, untuk mendorong produksi, distribusi, dan konsumsi pangan lokal yang beragam dan bernilai gizi tinggi.

Di sisi lain, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengungkapkan, pihaknya memiliki langkah untuk meningkatkan produksi pangan domestik sebagai upaya mendukung ketahanan pangan dalam negeri.

"Kami mendorong produksi pangan domestik," ujar Sudaryono dalam Konferensi Pers RAPBN 2025 di Jakarta, Jumat.

Ia menilai lewat penguatan produksi dalam negeri maka mampu menghadirkan dua manfaat yang meliputi kemandirian pangan serta peningkatan produksi pangan sehingga turut menopang penciptaan lapangan kerja baru serta menurunkan kemiskinan.

"Sehingga kesejahteraan masyarakat di pelosok bisa ditingkatkan," ujarnya pula.

Sebagai upaya mitigasi penanganan krisis pangan, lanjut dia, pada 2024 Kementan memiliki program peningkatan produksi padi untuk meningkatkan kapasitas beras.

Selain itu, mengembalikan alokasi pupuk subsidi menjadi 9,5 juta ton dengan menggunakan kartu identitas atau KTP, disusul program pompanisasi di lahan kering berupa lahan tadah hujan untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Sebelumnya, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet memandang perlu Indonesia menyiapkan strategi besar untuk menciptakan kedaulatan pangan guna menghindari risiko krisis pangan pada masa yang akan datang.

"Bukan sekadar ketahanan pangan yang acap kali mengandalkan impor bahan-bahan pangan dari luar negeri," kata Bamsoet dalam Pidato Pengantar Sidang Tahunan MPR Tahun 2024 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat.

Bamsoet menuturkan bahwa peningkatan populasi penduduk dunia, khususnya di Indonesia, akan membutuhkan daya dukung bahan pangan yang lebih besar. Pada saat bersamaan, sektor pertanian sebagai penopang ketahanan pangan justru menghadapi beragam tekanan.

Ketua MPR menyebutkan tekanan tersebut, mulai dari makin sempitnya lahan pertanian, stagnasi produksi, meningkatnya frekuensi hama dan penyakit tumbuhan, makin mahalnya biaya produksi, hingga ancaman perubahan iklim.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top