Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Rustian

Pengusaha Pejuang Itu Siap Lanjut Wujudkan Mimpi

Dari kiri: Mantan Kasum ABRI Soedibyo Raharjo, Rustian, dan tokoh Mashud Wisnusaputra

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Direktur Rokan Bono Malaka (RBM), Rustian, pernah memiliki mimpi mewujudkan sawit menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun langkah tersebut tersendat karena ada masalah hukum. Kini setelah bebas murni dan tidak ada masalah lagi, dia siap melanjutkan untuk mewujudkan mimpi tersebut. "Kami sudah siap untuk membangun lagi industri sawit nasional," ujar Rustian, di Jakarta, Rabu (20/1).

Pengusaha yang oleh mendiang mantan Bupati Kapuas Hulu, M Djapari, diberi julukan "Pengusaha Pejuang" lantaran banyak memperjuangkan nasib rakyat kecil itu, kini siap ke kebun. Menurut almarhum Djapari, yang kelak mejadi Sekda Kalbar, Rustian banyak merintis usaha untuk rakyat. "Dia pantas dijuluki pengusaha pejuang," kata Djapari, kala itu.

Di era mendiang Presiden Soeharto, kiprah Rustian terbilang menonjol secara nasional dan bahkan internasional. Dia banyak mengurusi pengungsi Vietnam di Pulau Galang, meloloskan perpanjangan zona ekonomi eksklusif dari tiga mil menjadi 12 mil.

Peran nasionalnya antara lain terlihat ketika dia sukses mengegolkan sejumlah tokoh menjadi pejabat. Misalnya, Laksamana Muda Sudibdyo Raharjo sukses diusulkan Rustian ke Soeharto agar menjadi Kasum ABRI. Rustian memang cukup dekat dengan Soeharto. Maka ketika dia minta izin agar Soedibyo Rahardjo (ABRI aktif) menjadi komisaris Rokan, Soeharto hanya tersenyum, tidak mengiyakan atau melarang.

Malahan Soedibyo yang lalu dinaikkan dari bintang dua ke bintang tiga hanya dalam hitungan bulan, juga ditunjuk menjadi Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Stabilitas Nasional (Bakorstanas). Organisasi ini dipimpin Panglima ABRI.

Tapi kegiatan sehari-harinya dipegang Sekretaris Bakorstanas yang dijabat Kasum ABRI (Soedibyo). Kepala Sekretariat membawahi tiga kepla staf TNI, Kapolri, sekjen-sekjen di kementerian eksekutif dan yudikatif. Rustian juga sukses mengajukan Suripto (mantan Pangkostrad) menjadi Gubernur Riau.

Awal Mula

Sejak kecil Rustian sudah belajar bisnis. Misalnya menjual kacang, ikan asin, dan terasi. Kemudian nanti bagi-bagi sembago ke transmigrasi. Dia juga membantu pengungsi Vietnam ikan sebanyak dua kapal tahun 1998. Hal itu dilakukan karena Rustian dilapori kondisi memprihatinkan pengungsi. Dia langsung minta agar ikan-ikan di dua kapal milik ayahnya tadi diberikan kepada pengungsi.

Langkah tersebut (memberi ikan dua kapal) membuat organisasi PBB yang mengurusi pengungsian (UNHCR), bertanya-tanya siapa Rustian ini. UNHCR mencari-cari sampai dua tahun baru ketemu Rustian di Jakarta. Hal itu juga membuat Rustian dekat dengan pejabat atau staf PBB. Malahan dia bisa memasukkan ibu angkat, Ros, menjadi perwakilan PBB.

Dia malahan diminta mendampingi Sekjen PBB menghadap Soeharto. PBB berterima kasih karena Indonesia menyediakan Pulau Galang untuk pengungsi Vietnam. Dia lalu mondar-mandir Jakarta, Tanjung Pinang, dst. Rustian banyak bergaul dengan orang asing, malahan juga pacaran dengan wanita-wanita asal Belanda, Inggris, dan Italia.

Tapi karena tidak bisa berbahasa asing, Rustian menggunakan "bahasa tarzan" ketika berkomunikasi dengan pacar-pacar bulenya. "Kadang kalau pacaran suka membawa penerjemah," ujarnya sambil tertawa.

Sawit

RBM sejauh ini memiliki lahan sedikitnya 140.000 hektare tersebar di Bengkulu dan Kalimantan Barat. Semula lahan-lahan tersebut akan ditanami kelapa sawit. Mimpi Rustian adalah menjadikan sawit tuan rumah di Indonesia. "Sawit kita sampai sekarang belum menjadi tuan rumah. Sebab mayoritas sawit dimiliki asing," ujarnya.

Bahkan Malaysia menanam sawit di sini juga sekaligus membawa bank. Ada CIMB atau Maybank. Asing terlalu banyak menguasai sawit nasional. "Sudah waktunya bangsa Indonesia mengelola sendiri industri sawitnya," usul dia.

Rustian memang sempat terhenti membangun industri sawit nasional karena ada surat kaleng lewat Kotak Pos 5.000, sehingga dia harus menghadapi masalah hukum. Namun dengan kesabaran dan ketaatan hukum, masalah tersebut selesai, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.

"Saya ikuti seluruh prosedur hukum sampai selesai. Ini harus menjadi contoh generasi muda. Jangan menyogok kalau terkena masalah hukum. Ikuti saja. Kalau tidak salah, pasti akan menang dan bebas. Itulah yang saya tempuh," tandas pria kelahiran Bagan Siapi-api itu. Dia dituntut JPU 8 tahun, diputus 5 tahun oleh PN dan dikuatkan di PT. Tapi dia menang di MA. "Istilahnya kalah dua kali, menang sekali," ujarnya berseloroh. Dia tidak kabur seperti pengusaha-pengusaha lain.

Prinsip yang dipegang Rustian dalam beperkara: jangan merasa terlalu kuat, tetapi juga jangan terlalu lemah, karena akan mati ketindas. Selain itu, jangan menonjolkan kalau ada kepentingan. Bicara dulu masalah lain.

Dia memberi contoh, saat menghadap Jampidsus waktu itu, Andi Nirwanto, dan jaksa Widyo Pramono (yang kelak jadi Jampidsus juga). Dia malah dua jam berbicara tentang wayang, padahal mau berbicara kasusnya. Karena kelamaan bicara wayang, Rustian sampai lupa ada urusan yang harus disampaikan. Dia baru ingat setelah diingatkan stafnya.

"Saya menghadap Jampidsus. Ngobrol dua jam, tetapi bukan bicara masalah saya. Malah bicara soal wayang. Sampai saya lupa untuk membahas masalah surat-surat yang saya perlukan terkait urusan hukum," katanya.

Sambil memperlihatkan berkas, stafnya lalu mengingatkan, "Pak sudah bilang belum?" Rustian menjawab, "Saya lupa." Rustian lalu balik menemui Jampidsus. Baru bicara keperluan sebenarnya. "Jadi, jangan menonjolkan kepentingan sesungguhnya," tandasnya.

Namun dia sambil tertawa mengatakan, "Untung saya lupa. Kalau tidak lupa, mungkin saya bisa kena uang banyak haaa…haaa. Jampidsus tentu mengira saya punya uang banyak karena lahannya luas."

"Legacy"

Rustian belajar kejujuran, termasuk mengikuti aturan hukum, tanpa menyuap karena pergaulan dengan orang-orang internasional, terutama staf PBB. Orang-orang PBB mengajarkan kejujuran. Maka Rustian juga jujur dalam mengikuti proses hukum, tanpa menyuap.

Dia menekankan ingin meninggalkan legacy (warisan) untuk menghentikan sogok-menyogok dalam masalah hukum yang sekarang marak. Sekarang sedikit-sedikit menggunakan uang untuk memenangkan perkara. "Hentikan suap-menyuap, kalau terjadi masalah hukum," ujarnya.

Memang di negeri ini uang banyak menjadi pemenang hukum. Uang menjadi penguasa hukum. Uang menjadi panglima. Tetapi, kejujuran tetap akan menjadi pemenang sejati pada akhirnya.

Dia lalu menceritakan omongan mantan Kakanwil BPN Pontianak, Emil Poluan. Dia bilang, Rustian punya lahan ratusan ribu hektare kok tidak bisa menundukkan kejaksaan. Rustian lalu menceritakan kejujurannya dalam mengikuti proses hukum. Dia tidak mau menyogok. Ikuti saja prosesnya sampai menang. wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top