Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perjanjian Nuklir

Pengunduran Diri AS Ancam Keamanan Dunia

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

MOSKOW- Russia menyebut dunia bakal jadi tempat yang berbahaya jika Amerika Serikat (AS) keluar dari kesepakatan nuklir era Perang Dingin. Juru bicara kepresidenan, Dmitry Peskov, menyanggah klaim Presiden AS, Donald Trump, yang menuduh Russia melanggar Perjanjian Nuklir Jarak Menengah atau Intermediate- Range Nuclear Forces (INF).

AS berencana mengakhiri Perjanjian Senjata Nuklir Era Perang Dingin dengan Russia. Perjanjian tersebut ditandatangani pada 1987 antara Presiden AS, Ronald Reagan, dan Pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev. Dengan perjanjian itu, setiap negara dilarang mengembangkan rudal berkepala nuklir dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer.

Peskov menegaskan Negeri "Beruang Merah" bakal selalu berkomitmen dan menghormati INF. Dia merujuk kepada perkataan sebelumnya dari Presiden Vladimir Putin bahwa Russia tidak akan pernah mulai menembakkan nuklir dan memulai konflik. "Keinginan untuk menarik diri dari perjanjian jadi perhatian terbesar kami.

Jika benar, maka dunia ini sangat tidak aman," terang Peskov. Trump menuduh Russia melanggar perjanjian INF karena Russia meluncurkan rudal 9M729 yang mampu mencapai jarak lebih dari 500 kilometer. Bila AS keluar dari perjanjian INF itu, maka AS bisa menempatkan rudal penjelajah Tomahawk mereka dengan versi nuklir.

Militer AS saat ini sedang mendesain ulang rudal dengan jangkauan hingga 2.500 kilometer tersebut agar bisa diluncurkan dari darat. Selain itu, kapal perang dan kapal selam yang sudah membawa Tomahawk konvensional bisa memasang ulang dengan menempatkan hulu ledak nuklir.

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengingatkan kepada Presiden Trump tentang pentingnya mempertahankan kesepakatan senjata nuklir era Perang Dingin dengan Russia. Macron menghubungi Trump melalui panggilan telepon sehari setelah presiden berusia 72 tahun itu mengumumkan rencananya menarik diri dari Kesepakatan INF yang berlaku sejak tiga dekade lalu.

Mantan Presiden Soviet, Mikhail Gorbachev, juga mengecam keputusan Presiden Trump yang menarik diri dari Perjanjian INF. "Ini merupakan hal yang tidak dapat diterima. Ini adalah kemenangan besar yang telah kami dapatkan khususnya saat membuat keputusan yang diabadikan dalam perjanjian ini, seperti melarang penggunaan senjata nuklir dan hulu ledak," katanya.

Mantan Presiden Uni Soviet menjelaskan keputusan AS dilandasi karena tidak ditemukannya solusi bersama atas masalah itu. "Menurut saya, AS sedang menghadapi kebuntuan dalam membuat keputusan, sehingga akhirnya memilih langkah yang paling tidak bertanggung jawab," Gorbachev.

Gorbachev meminta bantuan PBB untuk menengahi krisis atas penarikan diri AS dari perjanjian senjata nuklir. "Ini adalah masalah yang harus ditangani oleh PBB dan Dewan Keamanan karena hal ini dapat meresahkan dunia. Semua lembaga internasional juga harus melangkah untuk mencegah perlombaan senjata baru," kata Gorbachev.

Selain itu, mantan Presiden Soviet itu menyarankan bahwa kesempatan untuk menyelamatkan perjanjian bersejarah ini, dapat dilakukan saat kunjungan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, ke Russia. "Saya tidak yakin apakah mereka dapat melakukan ini, tetapi menurut saya, ini tidak terlalu terlambat. Dan (Bolton) akan datang, mereka harus mencoba untuk menghentikan proses destruktif ini," kata Gorbachev.

SB/AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top