Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan

Penguatan Misi NATO Tak Membuat Aliansi Jadi Pihak yang Berkonflik

Foto : AFP/SAMUEL CORUM

Sekjen NATO, Jens Stoltenberg saat konferensi pers pada KTT NATO di Walter E. Washington Convention Center, Washington, DC, Amerika Serikat, Rabu (10/7).

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Penguatan misi aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) untuk mengoordinasikan bantuan ke Ukraina tidak akan membuat aliansi menjadi pihak dalam konflik, kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, sebagaimana dikutip Sputnik, Rabu (10/7).

"Keputusan ini (untuk mengoordinasikan pelatihan dan pengiriman bantuan ke Ukraina) tidak akan membuat NATO menjadi pihak dalam konflik, tetapi akan membantu Ukraina mempertahankan haknya untuk membela diri," kata Stoltenberg dalam konferensi pers seusai hari pertama KTT NATO di Washington, Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari Antara, Stoltenberg mengatakan tidak tahu kapan misi untuk mengoordinasikan dukungan militer kepada Ukraina itu akan diluncurkan. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda dengan pasti kapan, tetapi ini segera terjadi dan kami sangat siap untuk mengambil alih tanggung jawab," kata Stoltenberg.

Putusan NATO

Sebelumnya, Stoltenberg mengatakan negara-negara anggota NATO telah memutuskan untuk membentuk misi untuk mengoordinasikan bantuan militer kepada Ukraina dan melatih personel militer Ukraina. Menurut Stoltenberg, misi tersebut akan melibatkan sekitar 700 personel.

"Kami akan mendirikan pusat komando NATO untuk Ukraina guna memfasilitasi dan memastikan pelatihan dan pengiriman bantuan keamanan kepada Ukraina. Akan ada 700 personel yang akan mengambil alih banyak hal yang telah dilakukan AS sejauh ini dalam memimpin koordinasi bantuan keamanan dan pelatihan, komando besar di Wiesbaden di Jerman," kata kepala NATO.

Russia telah melakukan operasi militer khusus di Ukraina sejak 24 Februari 2022. Presiden Vladimir Putin mengatakan operasi tersebut bertujuan melindungi orang-orang yang menjadi sasaran genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun.

Menurut Putin, tujuan akhir dari operasi tersebut adalah membebaskan Donbas dan menciptakan kondisi yang menjamin keamanan Russia. Russia sebelumnya mengirim catatan kepada NATO menyoal pasokan senjata ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri Russia, Sergey Lavrov, mengatakan setiap kargo yang berisi senjata untuk Ukraina akan menjadi sasaran yang sah bagi Russia.

Selain itu, para pemimpin NATO mengatakan hubungan Tiongkok yang semakin dalam dengan Russia merupakan penyebab kekhawatiran yang mendalam dan menuduh Beijing memainkan peran kunci dalam membantu serangan Moskwa terhadap Ukraina.

"Tiongkok telah menjadi pendukung yang menentukan perang Russia melawan Ukraina melalui apa yang disebut kemitraan 'tanpa batas' dan dukungan berskala besar bagi basis industri pertahanan Russia," kata para pemimpin NATO dalam sebuah deklarasi dari pertemuan puncak mereka di Washington.

Dikutip dari Barron, para pemimpin NATO mendesak Tiongkok untuk menghentikan semua dukungan material dan politik terhadap upaya perang Russia.

"Ini termasuk transfer material dengan penggunaan ganda, seperti komponen senjata, peralatan, dan bahan mentah yang berfungsi sebagai masukan bagi sektor pertahanan Russia," kata deklarasi tersebut.

"Tiongkok tidak dapat memungkinkan terjadinya perang terbesar di Eropa dalam sejarah terkini tanpa memberikan dampak negatif pada kepentingan dan reputasinya," kata aliansi tersebut.

Pernyataan itu disampaikan sebelum para pemimpin Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan menghadiri pertemuan puncak NATO pada hari Kamis. Washington mewakili tahun ketiga berturut-turut bahwa para pemimpin dari empat mitra Asia-Pasifik akan hadir di pertemuan puncak NATO.

Beijing dengan marah menolak tuduhan NATO dan mengatakan aliansi yang dipimpin AS tersebut mencari alasan untuk memperluas pengaruhnya ke arah timur. AS telah mendesak sekutu-sekutunya di Eropa selama bertahun-tahun untuk lebih memperhatikan ancaman yang ditimbulkan oleh Tiongkok.

"Saya pikir pesan yang dikirim NATO dari pertemuan puncak ini sangat kuat dan jelas. Kami dengan jelas mendefinisikan tanggung jawab Tiongkok dalam hal memungkinkan perang Russia," kata Sekretaris Jenderal NATO yang akan lengser, Jens Stoltenberg.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top