Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penggunaan Gawai Berlebihan Dapat Timbulkan Mata Kering

Foto : istimewa

Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics Dr. Niluh Archi Sri Ramandari., SpM (dr. Manda) sedang menjalankan terapi E-eye Intense Pulse Light (IPL) untuk memperbaiki kualitas lapisan minyak air mata pada pasien di Rumah Sakit Mata JEC @ Kedoya, Jakarta pada hari Selasa (30/7). JEC telah memiliki solusi layanan terpadu mata kering: JEC Dry Eye Service. Diperkuat fasilitas yang lengkap dan teknologi modern, sentra ini menawarkan layanan menyeluruh bagi pasien mata kerin

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Saat ini perangkat elektronik berlayar, mulai dari televisi, komputer hingga ponsel pintar, tak bisa dilepaskan dari keseharian masyarakat. Penggunanya pun tidak kenal batas usia, dari dewasa, remaja, sampai anak usia dini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan sebanyak 36,99 persen anak-anak Indonesia berusia 5-15 tahun sudah memiliki ponsel. Bahkan, 38,92 persen anak berusia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan telepon seluler; menegaskan bahwa paparan layar gawai sudah terjadi sejak kanak-kanak.

Sementara itu laporan Backlinko berjudul Revealing Average Screen Time Statistics mendapati rata-rata waktu tatap layar atau screen time masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 38 menit per hari. Padahal penggunaan perangkat elektronik berlayar secara kontinu dengan durasi lama berisiko buruk pada kesehatan.

Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Niluh Archi Sri Ramandari., SpM (dr. Manda) mengatakan salah satu dampak dari penggunaan layar gawai adalah yang umum adalah mata kering (dry eye). Kondisi ini jika tidak segera ditangani bisa menimbulkan peradangan sehingga mengakibatkan kerusakan permukaan matayang bersifat ringan hingga berat, temporer atau permanen.

"Anak-anak pun tak luput dari ancaman mata kering ini," ujar Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Niluh Archi Sri Ramandari., SpM (dr. Manda), dalam webinar berjudul JEC Talks Peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering pada hari Selasa (30/7).

Waktu di depan layar(screen time) yang berlebih dapat memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip. Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklusdry eye.

"Meskipun tidak ada perbedaan mata kering berdasarkan usia, tetapi proses anamnesis pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa. Anak seringkali belum bisa mendeskripsikan keluhan yang dirasakan secara verbal. Ini yang menjadi tantangan," terang dr. Manda.

Bersifat multifaktorial,dry eyemerupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata, adanya ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.

Gejala yang dirasakan penderitadry eyeumumnya dimulai dengan mata yang tidak nyaman. Beberapa contohnya adalah seperti ada mengganjal, sering terlihat merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, serta kerap mengucek mata.

Dr. Manda melanjutkan, di sini kepekaan orang tua sangatlah krusial. Orang tua harus tanggap dan kritis jika mendapati anak mulai menunjukkan gejala-gejala mata kering. Termasuk segera memeriksakan ke dokter mata.

"Lebih dari itu, orang tua harus tegas memberlakukan batasan screen time kepada anak. Dengan disiplin menjalankan screen time yang bijak, harapannya anak bisa terhindar dari risiko mata kering," terangnya.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak di bawah 1 tahun dilarang menatap layar gawai. Untuk anak usia 1-3 tahun, screen time tidak boleh lebih dari 1 jam dengan beberapa catatan.

Khusus batita 1-2 tahun hanya boleh menatap layar yang berupavideo chatting(untuk berkomunikasi). Bagi anak usia 3-6 tahun (prasekolah), waktuscreen timemaksimal adalah satu jam per hari, dan semakin singkat semakin baik.

Untuk anak usia 6-12 tahun (masa sekolah), screen time yang disarankan adalah maksimal 90 menit per hari. Untuk anak usia sekolah 12-18 tahun (sekolah menengah), waktu screen time tidak lebih dari 2 jam per hari.

Sayangnya, realitasnyascreen timeanak masih jauh dari rekomendasi ideal tersebut. Sebagai gambaran, sebuah studi di Korea justru memperlihatkan bahwa 9,1 persen anak-anak berusia 9-12 tahun telah mengalami gangguan mata kering.

Penggunaan ponsel pintar menjadi faktor pemicu. Anak-anak yang mengalami mata kering ternyata menggunakan ponsel pintar rata-rata selama 3,18 jam per hari. Sejalan penelitian itu, studi lain di Perancis juga mendapati bahwa anak berusia 7 hingga 19 tahun menghabiskan lebih dari 3 jam per hari untuk menatap layar.

Catatan JEC sendiri, di dua cabangnya (RS Mata JEC @ Kedoya dan JEC @ Menteng), selama 2022 terjadi lonjakan pasiendry eyesebesar 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara jumlah, dalam kurun empat tahun terakhir (2019-2022), JEC telah menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering.

"Jika tidak segera ditangani, kondisidry eyekronis dapat mengakibatkan peradangan atau infeksi pada konjungtiva, peradangan pada kornea, ulkus kornea atau luka terbuka pada kornea. Dampak lanjutan mata kering yang belum tertangani tak jarang berupa pandangan kabur - yang membuat anak kesulitan membaca. Mengantisipasi itu, pemeriksaan mata secara dini dan berkala menjadi solusi untuk mencegah dampak mata kering pada anak," tambah dr. Manda.

Diagnosis

Tak berhenti pada sosialisasi untuk peningkatan kesadaran saja, dari sisi layanan, JEC telah memiliki solusi layanan terpadu mata kering: JEC Dry Eye Service. Diperkuat fasilitas yang lengkap dan teknologi modern, sentra ini menawarkan layanan menyeluruh bagi pasien mata kering, termasuk anak-anak, mulai dari tahapan edukasi dan konsultasi, diagnostik, serta tindakan medis berupa terapidry eye.

Pemeriksaan mata kering melalui JEC Dry Eye Service meliputi Dry Eye Questionnaire, Schirmer Test keduanya untuk menilai volume air mata, Tear Break Up Time/TBUT untuk menilai stabilitas air mata, dan Ocular Surface Staining untuk menilai derajat peradangan yang terjadi.

Pemeriksaan lainnya adalah Meibography untuk menilai kondisi kelenjar Meibom di kelopak mata. TearLab Osmometer untuk menilai kadar osmolaritas air mata, dan keratograph yaitu alat bantu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai permukaan mata serta stabilitas lapisan air mata.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, tim ahli JEC Dry Eye Service akan memberikan penanganan yang sesuai. Mulai dariartificial tears substitute/lubricantshinggapunctal plugpada kondisi berat untuk mengatasi volume air mata yang kurang.

"Pemberian anti-inflamasi dan antibiotik tetes mata maupun orang untuk mengatasi peradangan dan kemungkinan infeksi pada mata, hingga pemberianautologousserum tetes mata untuk memperbaiki permukaan mata yang mengalami kerusakan," katanya.

Kampanye Kesadaran

Guna menggiatkan sosialisasi mengenai mata kering kepada masyarakat, JEC Eye Hospitals and Clinics menggelar deretan aktivitas Peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering 2024 (sepanjang Juli). Kegiatannya antara lain gelar wicara radio hingga edukasi dari kantor ke kantor.

Sebagai penutup rangkaian, JEC kembali melaksanakan JEC Eye Talks bersama para jurnalis di Tanah Air, dengan fokus bahasan: Waspada Mata Kering pada Anak!. Kegiatan ini juga menjadi wujud kepedulian JEC kepada anak-anak Indonesia, sekaligus memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli lalu.

Senior Kadiv MarcomJECKorporatMubadiyah, mengatakan melalui Bulan Peringatan Mata Kering, sekaligus dalam rangka Hari Anak Nasional, JEC berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kelainan mata kering yang semakin banyak ditemui pada anak-anak. Terlebih mengingat penggunaan gawai elektronik yang tak bisa dihindari dan berlangsung terus menerus.

"Mendukung itu, kehadiran JEC Dry Eye Service juga menjadi penguatan komitmen JEC Eye Hospitals & Clinics untuk terus berkontribusi mengoptimalkan penglihatan sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Tanah Air," terangnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top