Penggunaan Antibiotik Tidak Tepat, Akibatkan Resistensi Antimikroba
mikroba
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Penemuan antibiotik pada pertengahan abad ke-20 telah membawa perubahan besar terhadap manajemen dan terapi infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik dapat membantu menyembuhkan infeksi, dan sejak saat itu antibiotik telah menjadi obat bagi jutaan orang.
Namun penggunaan antibiotik penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada berbagai sektor dapat menyebabkan resistensi antimikroba (AntimicrobialResistance/AMR) yaitu kebalnya mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit dan jamur terhadap obat antimikroba, yang sebelumnya efektif untuk pengobatan infeksi.
"Pengendalian AMR pada pasien infeksi di Intensive Care Unit penting untuk dilakukan. Apabila tidak dikendalikan, AMR dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam penanganan infeksi," ujar Ketua Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), M.TropPaed, dalam webinar Kamis (7/10).
Infeksi yang disertai dengan AMR dapat menyebabkan pasien tinggal lebih lama di rumah sakit, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal, bahkan kematian. Sampai saat gangguan tersebut merupakan tantangan di bidang kesehatan manusia dan kesehatan hewan dengan skala global yang perlu segera ditekan penyebarannya.
"Untuk mencapai hal ini, sangat penting untuk menekankan pendekatan One Health bagi masyarakat yang melibatkan koordinasi berbagai sektor dan tokoh internasional, termasuk pakar kesehatan manusia dan hewan, pertanian, finansial, lingkungan, dan konsumen yang mendapatkan informasi dengan baik," ujar dia.
Tanpa aksi yang nyata dan koordinasi semua sektor, dunia akan menuju ke era pasca-antibiotik sehingga infeksi tidak dapat ditangani dan menyebabkan kematian. "AMR merupakan masalah kesehatan global yang sangat serius. Terdapat kekhawatiran tentang semakin meningkatnyasuperbugyang resisten terhadap beberapa antimikroba sekaligus," papar dia.
Koordinator Bidang Organisasi Perdalin, dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K), mengatakan, penyebaran AMR dapat terjadi karena limbah yang mengandung bakteri dengan gen pembawa sifat AMR. Gen tersebut kemudian dapat dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lainnya. "Bakteri tersebut mengkontaminasi air, tanah, dan lingkungan," ujar dia.
Berdasarkan Distribusi Data AMR yang dikumpulkan dari spesimen darah dan urine, terdapat beberapa bakteri yang ditemukan, terutama K.pneumoniae dan E.coli. Cara melawan AMR salah satu caranya adalah dengan meningkatkan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyebaran penyakit infeksi melalui hidup bersih, sanitasi, dan vaksinasi, serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Penyediaan laboratorium mikrobiologi untuk mendukung diagnosis penyakit infeksi dan menentukan jenis antibiotik yang diperlukan pada kasus infeksi AMR. "Rencana Aksi Nasional AMR 2020-2024 dapat dilaksanakan oleh kementerian terkait, untuk terwujudnya Indonesia sehat dan bebas dari dampak AMR melalui pendekatan One Health," tambahnya.
Senior Medical Manager Pfizer Indonesia Dr. Dini Arini, menjelaskan AMR merupakan krisis kesehatan global, survey kepada lebih dari 6.300 orang menyatakan bahwa kesadaran masyarakat akan AMR masih sangat rendah. "Untuk mengatasi AMR perlu dukungan terhadap tatalaksana pemberian antibiotik yang tepat bagi para tenaga kesehatan profesional dan manajemen rumah sakit," ungkapnya.
Redaktur: Aloysius Widiyatmaka
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim