Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sektor Pertanian I Petani Diminta Menjual Hasil Panen dalam Bentuk Beras Ketimbang Gabah

Pengelolaan Pascapanen Diperbaiki

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah terus memperbaiki pengelolaan pascapanen di tingkat petani guna meningkatkan nilai tambah hasil panenan sehingga bisa mendorong perbaikan kesejahteraan mereka.

Jakarta - Petani terus diarahkan untuk menjual hasil panenan mereka dalam bentuk beras ketimbang gabang karena dinilai lebih menguntungkan. Terkait itu, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) akan membantu petani menjualkan beras dalam bentuk kemasan, sekaligus menindaklajuti instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas), mengatakan permintaan Jokowi agar petani menjual beras merupakan salah satu upaya menyejahterakan mereka. Untuk itu, bersama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pihaknya akan mendorong petani menjual beras dalam bentuk kemasan.

"Ya, itu bagus ini kan prinsipnya negara bagaimana petani tidak dirugikan dia meningkat kesejahteraannya. Jadi, sekarang kita bekerja sama menteri BUMN dengan perusahaan BUMN menciptakan suatu produk yang diciptakan petani. Jadi, nanti petani kerja sama dengan kita. Dia bisa mengelola hasil panen dia berupa kemasan," ungkap Buwas, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Lebih lanjut, Buwas menjelaskan prosedur pengemasan akan dilakukan melalui rumah penggilingan BUMN di lokasi terdekat dengan lokasi pertanian. Selain mengemas, di rumah, di penggilingan itu juga akan dilakukan pengontrolan kualitas beras.

"Jadi, bukan hanya Bulog saja, BUMN lain juga kita buat reseller untuk manfaat di petani. Jadi, mau pakai beras semau gue, itu boleh saja kemasannya. Selain itu, juga ada pengecekan kualitas beras. Kita bantu untuk tingkatkan kualitas beras," kata Buwas.

Dalam praktiknya nanti, petani juga diberikan kebebasan memilih merek dari beras hasil produksi mereka sehingga bernilai tambah. Sementara Bulog bersama dengan Kementerian BUMN tinggal membantu proses produksinya.

Buwa mengungkapkan polanya ialah petani tinggal membawa gabah milik mereka ke rumah penggilingan dan selanjutnya pemerintah akan memproses gabah tersebut hingga menjadi beras yang telah dikemas. Kemudian, dalam dalam penyalurannya, pemerintah akan membantu menjualkan produk tersebut ke masyarakat luas.

"Nantinya, petani tinggal menunggu uang hasil penjualan beras kemasan yang harganya sesuai dengan harga beras kemasan. Dengan itu petani tidak dirugikan," kata Buwas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan upaya tersebut perlu diimbangi dengan kesiapan desa menyiapkan fasilitas pendukung, misalnya keberadaan gudang. Dirinya berharap agar dana desa bisa membantu membangun fasilitas gudang.

Adapun Kementerian Pertanian (Kementan) akan membantu menyiapkan pengering dan penggilingan padi. Pada 2018, Kementan akan menyiapkan 1000 pengering, 150 penggilingan padi serta integrasi pengeringan dan pengemasan sebanyak 50 unit.

Beras "Sachet"

Pekan lalu, Perum Bulog mulai menjual beras premium dalam kemasan sachet seharga 2.000-an dengan berat 200 gram. Bulog menggelar uji coba penjualan selama sebulan ke depan untuk mengukur tingkat kebutuhan masyarakat terhadap beras tersebut.

"Kita tes dulu di pasar. Lalu, dilakukan evaluasi," ungkap Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog, Imam Subowo.

Beras sachet dimaksudkan supaya masyarakat mudah memperoleh beras. Nantinya, akan dijual juga di ritel. Bulog sudah membicarakannya dengan asosiasi terkait.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top