Pendidikan Vokasi Masih Hadapi Tantangan
PERJANJIAN KERJA SAMA -- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati (kiri) dan Chief Human Capital Legal dan CSR Erajaya, Jimmy Perangin Angin, usai Perjanjian Kerja Sama 49 Satuan Pendidikan Vokasi dengan Eerajaya, di Jakarta, Jumat (21/7).
“Dalam konteks ini misalnya, berapa kebutuhan industri untuk lulusan SMK atau Diploma ternyata belum bisa terpenuhi. Kami coba jawab tantangannya."
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan pendidikan vokasi masih menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan vokasi. Tantangan pertama adalah dari segi keselarasan kompetensi dan jumlah sumber daya manusia (SDM).
"Dalam konteks ini misalnya, berapa kebutuhan industri untuk lulusan SMK atau Diploma ternyata belum bisa terpenuhi. Kami coba jawab tantangannya," ujar Kiki, dalam penandatanganan Perjanjian Kerja Sama 49 Satuan Pendidikan Vokasi dengan Eerajaya, di Jakarta, Jumat (21/7).
Dia menambahkan, keselarasan kurikulum dan materi pengajaran juga masih menjadi tantangan. Apa yang diajarkan oleh satuan pendidikan vokasi, diharapkan bersifat dinamis yang materinya bisa terus relevan hingga bertahun-tahun ke depan.
Kiki berharap, industri dapat memberi masukan. Mengingat dinamisnya perkembangan industri, kurikulum atau materi yang diajarkan di sekolah vokasi dituntut bisa menjawab tantangan industri 4 hingga 5 tahun ke depan. "Jadi, kurikulum yang dibicarakan industri dan vokasi harus sifatnya ke depan, sekitar dua kali lipat waktunya. Karena pola bisnis industri pun akan terus baru tiap waktunya," jelasnya.
Peran Industri
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Sriyono
Komentar
()Muat lainnya