Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Pendidikan di Indonesia Suka Gonta-ganti Kurikulum, Apa Penyebabnya?

Foto : The Conversation/Samsu Alam

Pelatihan kurikulum merdeka sekolah penggerak angkatan pertama, di Soppeng, Sulawesi Selatan.

A   A   A   Pengaturan Font

Sejak pertama diterapkan pada tahun 1947, perubahan kurikulum sudah terjadi beberapa kali, hingga yang terbaru Kurikulum Merdeka.

Wendi Wijarwadi, UNSW Sydney dan Samsu Alam, Curtin University

Pernyataan "ganti pemerintah, ganti kurikulum" sudah sering muncul di masyarakat. Perubahan kurikulum seolah-olah menjadi hal yang lumrah setiap kali pemerintahan berganti.

Perubahan kurikulum sendiri adalah siklus normal yang terjadi di banyak negara. Data tahun 2020 dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), organisasi internasional dari 38 negara yang berkomitmen pada demokrasi dan ekonomi pasar, menyebutkan bahwa negara-negara top performers yang terkenal dengan sistem pendidikannya, juga memiliki siklus rutin kurikulum.

Sebut saja Jepang (siklus 10 tahunan), Singapura (siklus 6 tahunan), Finlandia (Siklus 10 tahunan) dan Ontario, Kanada (Siklus 7 tahunan). Siklus rutin ini diperlukan untuk mengkaji kembali kurikulum yang digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah kurikulum tersebut masih relevan.

Di Indonesia, sejak pertama diterapkan pada tahun 1947, perubahan kurikulum telah terjadi beberapa kali yaitu, masa kemerdekaan dan orde lama (1952 dan 1964) masa orde baru (1968, 1975, 1984, dan 1994), serta era reformasi dan setelahnya (2004, 2006, 2013, 2022).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top