Rabu, 27 Nov 2024, 06:25 WIB

Pencemaran Udara Tingkatkan Jumlah Penderita PPOK

Foto: LOIC VENANCE/AFP

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga di seluruh dunia. Pada 12019 sendiri misalnya angka kematian penderitanya mencapai 3,23 juta orang.

1732635205_fbf8f4a6cda61fcdf27c.jpg

Foto: Arif ALI/AFP

PPOK menurut Ketua Pokja Asma PPOK PDPI, dr Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.P(K), adalah penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara khususnya udara ekspirasi dan bersifat progresif lambat. Kondisi ini semakin lama akan semakin memburuk jika tidak diobati.

“PPOK disebabkan oleh merokok, polusi udara di dalam maupun di luar ruangan. Awal terjadinya penyakit ini biasanya pada usia pertengahan dan tidak hilang dengan pengobatan,” kata dia kepada media beberapa waktu lalu.

Adapun gejala-gejala PPOK yaitu mengalami sesak napas yang ketika beraktifitas. Tingkat keparahannya penyakit ini bertambah seiring dengan meningkatnya usia yang biasanya disertai batuk berdahak atau mengalami sesak napas disertai batuk berdahak.

PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyebabnya antara lain karena tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu atau keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit, diduga berhubungan dengan kejadian PPOK.

Faktor pejamu dimaksud antara lain meningkatnya perokok pada kelompok usia muda, dan pencemaran udara di dalam maupun di luar ruangan atau di tempat kerja. Selain itu meningkatnya usia harapan hidup adalah menjadi penyebab lainnya.

Dalam pemaparannya dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Susanthy Djajalaksana, Sp.P(K) menyampaikan bahwa PPOK merupakan penyakit yang umum, dapat dicegah, dan diobati. Peran tenaga medis dalam memberi diagnosa yang tepat dan lebih dini menjadi penting, sehingga dapat mengurangi perkembangan penyakit dan risiko kondisi yang lebih buruk atau komplikasi pada penderita PPOK.

“Selain itu perawatan dan pemantauan yang berkelanjutan juga sangat penting untuk mengelola gejala dan mencegah komplikasi. Dengan pengelolaan PPOK yang tepat kualitas hidup penderita PPOK akan menjadi lebih baik. Kehadiran produk tiotropium baru diharapkan dapat memperkaya khasanah pengobatan PPOK di Indonesia,” ungkap dia.

Ia menerangkan, PPOK merupakan salah satu penyakit yang mengganggu pada sistem pernapasan, dimana organ paru-paru mengalami peradangan dalam jangka waktu lama. Kondisi peradangan ini secara klinis ditemukan di sebagian organ paru atau bisa juga seluruhnya.

“Penyakit obstruksi paru yang menahun ini bersifat progresif atau dapat memburuk sejalan dengan waktu. Namun dengan pengobatan yang tepat, penderita penyakit obstruktif menahun dapat terbebas dari gejala dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” tegas dia.  hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: