Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pencarian Korban KM Sinar Bangun

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Persis satu pekan sudah, musibah Kapal Motor (KM) Sinar Bangun tenggelam saat berlayar dari Simanindo di Pulau Samosir ke Tiga Ras di Pulau Sumatera, Senin (16/6). Hingga sepekan ini, upaya pencarian korban masih terus dilakukan, demi untuk mendapatkan kepastian mengenai korban, dan tentunya mengapa kapal yang sarat penumpang ini tenggelam.

Kesedihan masih melanda keluarga para korban, bahkan banyak keluarga yang sanak familinya jadi korban dalam jumlah lebih dari tiga orang.kesedihan dan kepiluan mereka, juga kesedihan kita. Mengapa musibah itu mesti terjadi? Mengapa hingga satu pekan ini kapal dan para korban belum juga ditemukan?

Kita sampai saat ini belum mengetahui secara pasti berapa jumlah penumpang KM Sinar Bangun, sebab kepastian mengenai jumlah penumpang itu sangat penting bukan saja dalam rangka mencar korban, tetapi juga untuk menemukan penyebab tenggelamnya kapal. Ketidakpastian jumlah penumpang itu karena daftar penumpang atau manifes kapal tidak ada. Dan inilah salah satu kelemahan fatal pelayaran rakyat kita, bukan hanya di Danau Toba, tapi banyak di penyeberangan lain di Nusantara.

Pengakuan penumpang yang selamat menjadi gambaran kita betapa manajemen pelayaran rakyat sangat rentan terhadap risiko bahaya. Jamuda Pamonangan, 17 tahun, seorang siswa kelas 2 di SMA Negeri 1 Dolok Pardamean yang tinggal di Kampung Sibungabunga, Desa Togudomu Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumut, mengungkapkan, ketika dirinya akan naik KM Sinar Bangun, petugas di Dermaga Tigaras melarangnya karena kapal penuh, tetapi pemilik kapal tak melarang ketika Jamuda memaksa naik kapal. Menurut Jamuda, kapal memang penuh sesak-diperkirakan hampir 200 penumpangdan muatan barang pun demikian. Jamuda selamat karena ketika kapal oleng dihantam ombak, dan akan tenggelam ia terjun ke danau dan dalam upaya penyelematan diri, dia ditolong KM Sumut II.

Cerita Jamuda ini menggambarkan bahwa beban muatan kapal memang sangat tinggi dan tidak sesuai dengan kondisi kapal. Belum lagi tidak adanya pelampung untuk keselamatan penumpang. Akibat musibah tenggelamnya KM Sinar Bangun ini, diperkirakan lebih 170 penumpang hilang dan belum ditemukan.

Titik terang pencarian bangkai kapal mulai terungkap pada Minggu (24/6). Tim gabungan Basarnas dan PT Mahakarya Geo Survey-Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung telah menemukan bangkai kapal yang kemungkinan bangkai KM Sinar Bangun di kedalaman 450 meter pada koordinat 2 derajat 47 menit 3.835 lintang utara dan 98 derajat 46 menit 10.767 bujur timur.

Kepastian kelanjutan pencarian korban juga dikemukakan Menteri Sosial Idrus Marham yang datang ke Sumut untuk menemui keluarga korban tenggelamnya KM Sinar Bangun. Dalam kunjungannya, Idrus menyampaikan sejumlah pesan dari Presiden Joko Widodo dalam penanganan kecelakaan kapal tersebut, salah satunya, terkait upaya pencarian korban, pemerintah akan berusaha maksimal. Idrus mengatakan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya M Syaugi, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah bekerjasama mendatangkan peralatan yang bisa menjangkau kedalaman 2.000 meter.

Dalam kaitan ini kita berharap upaya pencarian korban dapat menumui titik terang dan jenazah bisa dimakamkam keluarga secara layak. Oleh karena itu keluarga korban pun harus sabar menunggu dan mempercayakan kepada tim gabungan yang kini terus bekerja di tengah berbagai hambatan baik cuaca maupun kedalaman danau.

Namun di luar pencarian korban, yang tak kalah penting harus menjadi catatan penting pemerintah adalah bagaimana membenahi pelayaran rakyat yang jumlahnya sangat banyak di seluruh pelosok Nusantara ini. Jadi, Pemerintah harus segera membenahi sektor ini yang selama beberapa dekade terabaikan.

Apalagi ini sangat terkiat dengan konsep tol laut pemerintah yang sejak awal sudah digaungkan, tetapi kurang diimlementasi di lapangan.

Komentar

Komentar
()

Top