Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kondisi Perekonomian I Normalisasi Dapat Ditempuh saat Pandemi Berubah Jadi Endemi

Pemulihan Jangan Hanya Bertumpu pada Konsumsi

Foto : Sumber: BPS - kj/ones
A   A   A   Pengaturan Font

» Indonesia seharusnya bisa pulih lebih cepat jika investasi didorong, jangan hanya konsumsi.

» Banyak usaha yang kolaps sehingga butuh akses permodalan untuk beraktivitas kembali.

JAKARTA - Upaya pemerintah membangkitkan perekonomian dari dampak pandemi Covid-19 diharapkan tidak hanya fokus pada konsumsi, tetapi juga memacu pilar penopang pertumbuhan lainnya, terutama investasi dan ekspor. Sebab, dua pilar tersebut memiliki trickle down effect terhadap perekonomian.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, yang diminta pendapatnya, mengatakan masih rendahnya pertumbuhan beberapa subsektor seperti makanan dan minuman dan transportasi karena masyarakat masih membatasi mobilitas.

"Frekuensi keluar rumah menggunakan alat transportasi dan makan di restauran sudah pasti berkurang," kata Ester.

Sementara itu, beberapa sektor pertumbuhannya sangat luar biasa, seperti sektor kesehatan, lalu sektor komunikasi dan informatika karena pandemi mendorong masyarakat banyak mengonsumsi vitamin dan obat serta bekerja dari rumah.

"Indonesia seharusnya bisa pulih lebih cepat jika investasi didorong. Jangan hanya bergantung pada konsumsi rumah tangga sebagai penopang pertumbuhan ekonomi," tegas Esther.

Diminta terpisah, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, bahwa sektor makanan dan minuman hingga transportasi masih tumbuh di bawah level prapandemi memang betul.

Dia pun berharap normalisasi diharapkan dapat ditempuh saat pandemi telah berubah menjadi endemi.

"Meskipun sudah bisa bepergian, tapi masih ada beberapa syarat dalam menggunakan jasa transportasi, baik kereta api, pesawat, atau menyeberang ke Bali dengan kapal laut. Pengguna jasa harus sudah tes, dan yang datang dari luar negeri harus melakukan isolasi di hotel. Tentu ini ada konsekuensi waktu, biaya, sehingga sebagian masyarakat tidak akan bepergian jika merasa bukan keperluan mendesak," kata Imron.

Begitu pula dengan subsektor makanan dan minuman, bisnis dan perkantoran yang belum sepenuhnya normal, terkena dampak lompatan teknologi dengan cara online seperti Zoom meeting dan sebagainya. Walaupun nanti pandemi sudah usai, sektor tersebut dinilai tidak akan benar-benar kembali seperti sebelumnya, karena sudah ada kebiasaan new normal dengan memanfaatkan teknologi.

"Bisnis MICE (Meetings, incentives, conferencing, exhibitions) di masa mendatang akan sedikit terpengaruh. Berkurangnya arus wisatawan karena persyaratan transportasi juga akan mempengaruhi sektor makanan dan minuman. Maka normalisasi memang diharapkan dapat mengatasi ini, tapi tentu itu baru bisa dijalankan saat Covid-19 sudah menjadi endemi. Sekarang masih terlalu dini untuk ke sana, karena kita sekarang sedang bersiap gelombang ketiga," tuturnya.

Memberi Perhatian

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta,Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, mengatakan akan memberi perhatian pada beberapa sektor ekonomi yang tumbuh di bawah level prapandemi, seperti penyediaan makanan dan minuman hingga transportasi.

"Kalau pandemi bisa terjaga dan ketahanan masyarakat cukup kuat maka berbagai jasa seperti restoran pasti akan kembali dengan adanya normalisasi," kata Menkeu.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Sanata Darma Yogyakarta, Ike Janita, mengatakan sektor makanan dan minuman dan transportasi baru pulih sekitar 30 persen dibanding 2019. Namun demikian, beberapa jenis usaha akomodasi dan makan/ minum sudah pulih, misalnya yang menyasar paket jasa antaran atau delivery dan yang masuk ke perdagangan di media sosial.

"Mereka malah omzetnya naik, sedangkan yang menyasar wisatawan terutama mancanegara masih sulit untuk pulih," kata Ike.

Sektor tersebut, jelasnya, diperkirakan akan relatif pulih seiring dengan penanganan pandemi. "Tetapi bukan berarti tidak butuh upaya intervensi untuk memulihkannya. Jangan sampai mengasumsikan otomatis bisa pulih dengan sendirinya," kata Ike.

Sebab, banyak usaha di sektor tersebut yang kolaps permanen dan sangat sulit pulih kembali tanpa akses permodalan guna mereaktivasi usahanya. Hal itu karena ada pelaku usaha yang sudah menjual aset untuk produksi atau mungkin tempat usahanya diperkecil.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top