Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Brugada Syndrome

Pemicu Kematian Mendadak Tanpa Gejala

Foto : istimewa

Ilustrasi seorang pria yang diduga terserang Brugada Syndrome. Brugada Syndrome merupakan kelainan fungsi listrik jantung yang mengakibatkan aritmia.

A   A   A   Pengaturan Font

Masyarakat sosial media sempat dikagetkan dengan kabar meninggalnya seorang dokter bernama Stefanus Taofik, karena kelelahan setelah bertugas tanpa henti semasa libur Lebaran. Muncul dugaan baru, dokter muda ini meninggal karena terserang penyakit Brugada Syndrome.

Dokter Stefanus Taofik meninggal pada Selasa (27/6) saat bertugas di RS Pondok Indah Bintaro Jaya di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, karena diduga keletihan bekerja nonstop di 3 rumah sakit berbeda. Selain kesibukan pekerjaannya itu, Stefanus sedang melanjutkan pendidikan yang sedikit banyak juga menyita waktunya.

Akibat kejadian ini, polemik muncul Stefanus dinilai terlalu berlebihan saat bekerja, khususnya di saat hari besar keagamaan. Musa, adik almarhum dalam sebuah kesempatan membenarkan jika kakaknya meninggal saat berada di kamar jaga rumah sakit. Namun, Musa enggan merinci penyebab dan kronologi kematian kakaknya.

"Kami dari keluarga sudah mengikhlaskan beliau," ujar Musa. Musa mengetahui jika berita kematian kakaknya menjadi viral terutama di sosial medial. Namun, dirinya dan keluarga enggan menanggapi spekulasi yang beredar. "Dari pihak rumah sakit sudah sepakat juga tidak membawa berita ini sebagai hal yang menghebohkan dan sebagainya," kata Musa. Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menduga dokter muda spesialis anestesi itu meninggal karena penyakit Brugada Syndrome. "Ya betul, dugaannya memang mengarah ke sana," kata Daeng Mohammad Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar IDI terpilih periode 2019-2021.

Brugada Syndrome merupakan kelainan fungsi listrik jantung yang mengakibatkan aritmia. Seharusnya setiap detak jantung dipicu oleh impuls listrik dari sel spesial (disebut pucuk sinus) pada ruang kanan atas jantung (disebut atrium). Pada pori kecil dari setiap sel terjadi aktivitas listrik.

Menurut Dokter Arif HM Marsaban, Ketua Program Studi SP2 dari Divisi Anestesia Ambulatori dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, secara terpisah, menjelaskan soal dugaan Stefanus sakit Brugada Syndrome. Salah satu bentuk penyakit aritmia maligna atau berbahaya akibat channelopathy.

"Kelainan ini terbanyak pada laki-laki dan suddent cardiac death seringkali terjadi pada saat tidur," ucap dia. ima/R-1

Perlu Anda Ketahui

Di setiap negara dengan tingkat paparan tinggi dari Sindrom Brugada, memiliki sebutan yang berbeda untuk jenis penyakit ini. Di Filipina Brugada Syndrome dikenal sebagai Bangungut, di Jepang sebagai Pokkuri dan di Thailand sebagai Lai Tai. Usia rata-rata kematian mendadak dari Sindrom Brugada ini adalah 41 tahun.

Dikutip dari pemaparan Lifeinthefastlane, kemunculan Sindrom Brugada seringkali tidak menunjukkan gejala. Penyakit ini umumnya baru terdeteksi saat seseorang melakukan tes elektrokardiogram (EKG). Namun, untuk beberapa orang, Brugada Syndrome dapat menunjukkan gejala yang tidak jauh berbeda dengan penderita penyakit jantung lainnya, antara lain sesak napas, detak jantung tidak beraturan (palpitasi), demam tinggi, kejang dan pingsan. Penyebab dari seorang terjangkit Sindrom Brugada memiliki struktur atau bentuk jantung yang normal.

Namun, mereka mengalami masalah pada ion-ion yang mengatur aktivitas elektrik di dalam jantung. Perlu Anda ketahui Sindrom Brugada memiliki kerusakan pada kanal ion jantung. Sehingga aliran elektrik jantung menjadi tidak teratur. Akibatnya, jantung akan berkontraksi dengan ritme yang sangat cepat dan darah tidak mampu dipompa secara efektif ke seluruh tubuh. Jika terjadi hanya sesaat, pasien biasanya akan pingsan atau kehilangan kesadaran secara sementara. Namun, jika irama jantung ini tetap tidak normal dalam beberapa menit, penderita akan mengalami serangan jantung.

Dalam beberapa penelitian, juga menemukan hampir sepertiga kasus Sindrom Brugada disebabkan mutasi pada gen SCN5A. Dalam kondisi normal, gen ini berfungsi untuk mengatur aliran ion Natrium di jantung. Pada saat terjadi mutasi, jumlah ion Natrium akan menurun, sehingga aktivitas kontraksi jantung pun menjadi terganggu.

Kemudian faktor lain yang bisa memicu penyakit ini, di antaranya sering menggunakan kokain; memiliki kandungan kalsium yang tinggi di dalam darah; memakai obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, depresi, dan nyeri dada; serta memiliki kadar Kalium yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. ima/R-1

Terjadi secara Tiba-tiba

Brugada Syndrome pertama kali dijelaskan pada 1992 oleh saudara laki-laki Brugada. Sindrom Brugada merupakan gangguan jantung yang sangat serius, dan menyebabkan irama atau detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini membuat jantung tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal, hingga berdampak fatal dan bisa mengancam nyawa seseorang.

Penyakit ini menjadi faktor penyebab utama kasus kematian mendadak pada anak muda yang dinyatakan sehat, dan tidak mengalami gangguan jantung. Kasus kematian yang disebabkan oleh sindrom Brugada sering terjadi secara tiba-tiba, tanpa menunjukkan gejala sama sekali.

Jika merujuk pada kasus kematian dokter Stefanus memang mirip sekali dengan serangan Brugada Syndrome. Secara kasus, Sindrom Brugada yang masuk kategori penyakit langka ini, mayoritas menjangkiti orang-orang Jepang dan Asia Tenggara. Banyak yang menduga penyakit ini disebabkan faktor genetik, atau penyakit yang diturunkan oleh keluarga. Fakta membuktikan, penyakit ini lebih sering terjadi pada lelaki berusia remaja, dan dewasa.

Kemudian penyakit ini tercatat sangat tinggi di Asia Tenggara, di mana sebelumnya telah digambarkan sebagai Sindrom Kematian Nokturnal Mendadak yang Tidak Dapat dijelaskan (SUNDS). ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top