Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penerapan Euro 4 | Suplai BBM Solar Rendah Sulfur Disangsikan Keterjangkauannya hingga ke Pelosok

Pemerintah Masih Setengah Hati

Foto : ISTIMEWA

REALISASI EURO-4 | Sejumlah truk melintas di jalan Tol TB Simatupang, Jakarta, Selasa (8/3). Setelah tertunda beberapa tahun, pemerintah mulai 7 April 2022 menerapkan kebijakan gas buang berstandar Euro 4 sesuai peraturan yang diterbitkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan no S 786/MENLHK-PPKL/ SET/PKL.3/5/2020 tertanggal 20 Mei 2020.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Keseriusan pemerintah dalam penerapan standar emisi gas buang Euro 4 pada kendaraan diesel di Indonesia mulai 7 April 2022 patut dipertanyakan. Hingga saat ini, konsumen belum mendapat kejelasan dan jaminan tentang ketersediaan bahan bakar pendukung hingga ke pelosok.

"Penerapan standar Euro 4 mundur terus selama bertahun-tahun. Saat negara lain sudah di level Euro 6, kita masih berkutat untuk kejelasan Euro 4. Ini bukti pemerintah tidak serius," ujar pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (8/3).

Menurut Agus, ketidakseriuan pemerintah itu disebabkan tidak adanya dirigen yang jelas untuk mengoordinasikan kebijakan tersebut. Dia mencontohkan bagaimana kepastian ketersediaan BBM solar dengan nilai kandungan sulfur di bawah 50 ppm (part per million), semestinya saat ini sudah jelas posisinya, baik dengan Pertamina dan juga Kementerian ESDM. Lalu, dengan Kepolisian untuk penindakan hukumnya.

Agus menilai banyak kepentingan politik dan lobi-lobi pihak tertentu yang bermain. Beberapa tahun lalu, kebijakan itu akan berjalan, civil society sudah bergerak, ternyata tertunda karena ada lobi pihak-pihak tertentu yang ingin mengimpor banyak truk India standar Euro 2. "Di India sudah Euro 4, jadi yang Euro 2 mau dipakai di Indonesia dulu," tukas Agus.

Belum lagi, lanjutnya, soal ketersediaan BBM. Beberapa waktu lalu, solar hilang dari pasaran sehingga pengusaha truk merana. Saat mereka sudah siap mengganti truknya dengan Euro 4, ternyata BBM tidak siap. Truknya terpaksa mendapat solar biasa, jelas ini menyusahkan.

Padahal, lanjutnya, kebijakan Euro 4 sangat bermanfaat bagi lingkungan. "Semestinya, benar-benar serius disiapkan dan diimplementasikan, sehingga tidak membingungkan bagi konsumen, termasuk pelaku usaha," tegasnya.

Dukungan Produsen

Sementara itu, pihak agen pemegang merek (APM) memastikan tetap mendukung kebijakan pemerintah dalam penerapan Euro 4 untuk kendaraan diesel. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan whole sales (pabrik ke diler) kendaraan niaga mencapai 227.396 unit, dengan rincian Fuso 36.518 unit, Isuzu 26.636 unit, Hino 20.683 unit, dan Mercedes-Benz Commercial Vehicle (Daimler) 1.810 unit.

PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (Mitsubishi Fuso Indonesia) mempersiapkan 29 model kendaraan niaga berspesifikasi Euro 4.

Kesiapan serupa juga dilakukan PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) melalui pengembangan produk. "Ketika Indonesia memasuki era Euro4 di April 2022, HMMI telah lebih dari siap untuk memproduksinya," ujar Presiden Direktur HMMI, Masahiro Aso, dalam pernyataan resminya.

Sementara itu, General Manager Marketing PT IAMI, Attias Asril, mengatakan, Isuzu siap menerapkan standar Euro 4. Soalnya, sejak 2011, truk Giga Isuzu sudah menggunakan mesin common rail. Sesuai ketentuan, untuk memenuhi standar Euro4, kendaraan wajib menggunakan common rail.

Saat ini, tiga jenis kendaraan Isuzu, 90 persennya memiliki sparepart yang sama jika mengadopsi standar Euro 4 nantinya. Artinya, kata Attias, konsumen tidak perlu cemas akan ketersediaan suku cadang di lapangan.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top