Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penutupan Toko Ritel

Pemerintah Klaim Pola Belanja Bergeser

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Namun, Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menganggap peralihan pola belanja masyarakat dari konvensional menuju online tak berpengaruh signifikan bagi penutupan gerai ritel saat ini. Menurut dia, porsi e-commerce terhadap total ritel sangat kecil, sekitar 1-2 persen.

"Barang yang dijual di e-commerce, sekitar 70 persen lebih adalah produk fesyen, sementara yang dijual di supermarket jenis Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Jadi, market-nya pun berbeda," ujar Bhima.

Menurut Bhima, bisnis ritel tumbuh rendah tahun lalu karena terdampak pelemahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga (RTRT). Kondisi itu sebagai dampak stagnasi pertumbuhan ekonomi di level lima persen.

Selain itu, penurunan harga komoditas, lanjutnya, juga turut berdampak terhadap pelemahan daya beli masyarakat. "Harga komoditas perkebunan yang rontok juga mempengaruhi daya beli masyarakat di Jawa dan luar Jawa. Meskipun inflasi cuma 3,1 persen, tapi masyarakat tetap tahan belanja," ungkapnya.

Sementara itu, ekonom Indef lainnya, Aviliani menilai penutupan sejumlah toko ritel besar di Indonesia itu karena kondisi yang tidak mampu bersaing. Selain itu, dia menyebutkan penutupan ritel bisa saja disebabkan oleh faktor internal karena di sisi lain masih banyak perusahaan lain yang justru terus berekspansi dan tidak ada persoalan daya beli.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Antara

Komentar

Komentar
()

Top