Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Plastik Daur Ulang

Pemecahan Polimer Vinil Menjadi Komponen Aspirin

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Tidak ada hari berlalu tanpa berita mikroplastik di lautan kita. Tidak banyak metode daur ulang plastik yang efisien tanpa mengurangi kualitas. Suara harapan baru-baru ini dihidupkan ketika para peneliti menemukan hidrolisis asam dari polimer vinil terurai menjadi asam salisilat dan asam asetat, prekursor untuk dehydroaspirin yang secara teori dapat dibuat menjadi polimer vinil lagi.

Berapa banyak benda yang ada di lingkungan Anda terbuat dari plastik? Kursi yang Anda duduki, meja, casing komputer Anda dan monitor, pena yang Anda gunakan, karpet, sepatu, pakaian, tas, botol soda, perabotan, dinding, bahkan pipa.

Sekarang, jika Anda berada di luar, berbagai bagian mobil Anda, bus dan kereta api, bahkan bagian dalam pesawat kebanyakan plastik. Saat ini tidak ada metode untuk mendaur ulang plastik secara efisien tanpa mengurangi kualitas. Jadi, seharusnya tidak mengejutkan bahwa tidak ada hari berlalu tanpa berita mikroplastik di lautan kita dan mungkin dalam pasokan makanan kita.

Harapan baru-baru ini diembuskan di Universitas Shinshu, Jepang, di mana Profesor Yasuhiro Kohsaka dan mahasiswa pascasarjana Akane Kazama menemukan hidrolisis asam dari polimer vinil yang dipecah menjadi asam salisilat dan asam asetat. Asam ini membentuk aspirin melalui beberapa reaksi.

"Vinyl adalah plastik paling umum kedua di dunia saat ini. Vinyl yang dapat didaur ulang sebelumnya terlalu tidak stabil untuk digunakan pada suhu kamar, dan tidak cocok untuk penggunaan praktis," ungkap Yasuhiro.

Tim di Shinshu berencana untuk mempelajari mekanisme reaksi secara mendalam yang mereka harap akan memberikan wawasan tentang aplikasi dunia nyata untuk polimer vinil yang dapat didaur ulang.

"Jika dapat menjadi efektif biaya untuk mendaur ulang vinil pada skala industri, kita akan selangkah lebih dekat untuk menyelesaikan masalah limbah plastik global," tambahnya.

Jika selama ini limbah plastik menjadi masalah besar karena sulit untuk didaur ulang, maka kabar penemuan jenis plastik baru yang dapat didaur ulang harusnya menjadi angin segar bagi kita semua.

Pada kesempatan berbeda, setelah hampir satu abad lamanya mencari formula pembuatan plastik yang ramah lingkungan, tim ilmuwan di Berkeley Labs, AS, berhasil mengembangkan jenis plastik baru yang diklaim memiliki keunggulan setara plastik modern, tetapi 100 persen dapat didaur ulang.

Kemampuan daur ulang ini menjadi mungkin karena jenis plastik baru ini dapat dipecah pada tingkat molekuler.

Dengan kata lain, plastik tersebut dapat dijadikan barang baru dalam keadaan seperti aslinya. Studi ini dipublikasikan di Nature Chemistry.

Peter Christensen dari Berkeley Lab's Molecular Foundry, penulis utama penelitian ini menjelaskan bahwa selama ini, kebanyakan plastik tidak pernah dibuat untuk tujuan bisa didaur ulang.

"Tetapi kami telah menemukan cara baru untuk memproduksi plastik yang mempertimbangkan daur ulang dari perspektif molekul," ungkapnya.

Bahan plastik baru ini disebut polydiketoenamine (PDK). Dalam uji cobanya, sepotong plastik PDK ini direndam dalam larutan asam dan ditemukan bahwa zat pembangun molekulnya, atau yang disebut monomer, perlahan mulai terdegradasi.

Disebutkan bahwa asam dapat membantu memutus ikatan antar monomer dan mampu memisahkan zat kimia tambahan pada plastik seperti zat pewarna.

Sehingga hasilnya, potongan plastik PDK tersebut menjadi bersih dan membentuk produk plastik yang baru.

"Dengan kata lain, plastik tersebut dipecah menjadi komponen paling dasar dimana kemudian dapat digunakan atau diolah kembali tanpa kehilangan kualitas atau daya tahan produk," ujarnya.

Dengan jenis plastik ini, daur ulang akan membentuk siklus yang sempurna. Meski begitu, tentu saja solusi ini tidak dapat menyelesaikan masalah sampah plastik yang ada di laut.

Masyarakat masih harus berusaha bahwa sampah harus dibuang di tempat yang sudah semestinya, bukan lagi di laut. Jadi, mengapa sebenarnya plastik sangat sulit untuk didaur ulang?

Pasalnya zat aditif kimia yang menempel pada monomer, senyawa kecil yang melebur menjadi polimer, sangat sulit untuk membersihkan polimer tersebut di pabrik daur ulang.

Semua produk plastik memiliki komposisi kimia yang berbeda sehingga dengan demikian akan membuat proses daur ulang menjadi rumit. Tidak memungkinkan bagi pabrik daur ulang untuk menganalisis satu per satu produk berdasarkan komposisi kimia yang dimiliki.

Sehingga proses daur ulang yang tidak sempurna ini mengurangi kualitas produk yang akan dihasilkan kembali. pur/R-1

Sedotan dari Rumput Liar

Sebagai upaya untuk mengurangi sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan, akhir-akhir ini ngetrend sedotan yang berasal dari aluminium yang bisa digunakan berkali-kali untuk mengurangi penggunaaan sedotan plastik.

Uniknya, saat ini justru ada sedotan lebih ramah lingkungan yang berasal dari rumput liar. Salah satu penemuan cerdik ini datang dari pengusaha muda Vietnam bernama Tran Minh Tien.

Adalah Ống Hút Cỏ, perusahaan yang membuat dua jenis sedotan dari rerumputan. Tran Minh Tien merealisasikan ide inovatifnya ini dengan menggunakan spesies rumput yang disebut Lepironia Articulata, yang secara lokal dikenal dengan nama co bang, yang tumbuh di sekitar wilayah Delta Mekong di Vietnam Barat Daya.

Rumput liar ini memiliki batang berlubang sehingga secara alami sudah berbentuk menyerupai jerami.

Sedotan yang diproduksi dibuat dalam dua versi. Yakni satu dikeringkan dan satu lagi dalam bentuk segar.

Tran menjelaskan dalam sebuah video di Facebook oleh VnExpress International tentang bagaimana rumput liar ini disulap menjadi sedotan. Berikut langkah-langkah yang mesti dilakukan.

  1. Rumput ditanam, dipanen, dicuci dan dipotong dengan panjang berukuran 20 sentimeter atau sekitar 8 inchi.
  2. Selanjutnya, gunakan batang besi untuk membersihkan bagian dalam sedotan. Setelah itu sedotan rumput dicuci dan dibilas sekali lagi.
  3. Jika sedotan harus dijual segar, proses tersebut sudah cukup dan sedotan-sedotan ini diikat secara kolektif menggunakan daun pisang.
  4. Jika harus dijual kering, maka ada tahapan lanjutan lagi yang harus dilakukan.

Produsen ini harus menjemurnya di bawah matahari selama dua hingga tiga hari dan kemudian memanggangnya dalam oven.

Khusus versi segar, sedotan dapat disimpan hingga dua minggu, didinginkan dan disimpan dalam kantong kedap udara. Jika konsumen ingin membuat sedotan segar ini lebih lama, situs web perusahaan menyarankan untuk merebus sedotan dengan garam, biarkan kering, lalu simpan di tempat kering yang sejuk.

"Sedangkan untuk versi kering dapat disimpan pada suhu kamar hingga enam bulan. Kedua jenis sedotan rumput ini dapat dimakan. Mengunyahnya setelah makan ternyata dapat membantu membersihkan gigi dan gusi," ujar Tran.

Sedotan tersebut alami, mudah terurai, bebas bahan kimia dan pengawet dan yang terpenting harganya terjangkau. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top